JAKARTA. Data terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Utang Luar Negeri (ULN) per Mei 2015 tumbuh 5,9% (year on year) atau lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 7,7%. Perlambatan pertumbuhan utang ini terjadi pada ULN sektor swasta ataupun publik. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai perlambatan ekonomi yang terjadi tahun ini menjadi alasan swasta mengerem pencetakan utangnya. Ekonomi domestik yang terbilang lamban membuat pengusaha mengerem utang. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor penghambat swasta melakukan utang baru. Apalagi sejak awal tahun BI sudah melakukan penerapan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/20/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Non Bank yang di dalamnya terdapat aturan mengenai hedging. "Kebijakan BI ini cukup efektif dengan mensosialisasikan transaksi hedging bagi pelaku usaha," ujar Josua, Rabu (22/7). Sebagai informasi, total utang luar negeri pada akhir Mei adalah US$ 302,29 miliar di mana utang swasta tercatat US$ 168,74 miliar. Perlambatan pertumbuhan utang ini terjadi pada ULN sektor swasta ataupun publik. Apabila pada April 2015 pertumbuhan ULN swasta mencapai 13,2%, pada Mei turun ke 10,2%. Sementara itu, ULN sektor pbulik hanya tumbuh 1%, melambat dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Perlambatan pertumbuhan utang terjadi pada beberapa sektor industri seperti industri pengolahan yang pada April tercatat ULN sebesar US$ 34,16 miliar kemudian turun mejadi US$ 33,9 miliar, industri listrik, gas dan air bersih yang turun dari US$ 22,83 miliar pada April ke US$ 22,6 miliar pada Mei, dan sektor jasa yang turun dari US$ 18,6 miliar ke US$ 18,38 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekonom: Pelemahan rupiah bikin swasta kurangi ULN
JAKARTA. Data terbaru Bank Indonesia (BI) menunjukkan, Utang Luar Negeri (ULN) per Mei 2015 tumbuh 5,9% (year on year) atau lebih lambat dari pertumbuhan bulan sebelumnya 7,7%. Perlambatan pertumbuhan utang ini terjadi pada ULN sektor swasta ataupun publik. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai perlambatan ekonomi yang terjadi tahun ini menjadi alasan swasta mengerem pencetakan utangnya. Ekonomi domestik yang terbilang lamban membuat pengusaha mengerem utang. Di sisi lain, pelemahan nilai tukar rupiah juga menjadi faktor penghambat swasta melakukan utang baru. Apalagi sejak awal tahun BI sudah melakukan penerapan Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 16/20/PBI/2014 tentang Penerapan Prinsip Kehati-Hatian dalam Pengelolaan Utang Luar Negeri Korporasi Non Bank yang di dalamnya terdapat aturan mengenai hedging. "Kebijakan BI ini cukup efektif dengan mensosialisasikan transaksi hedging bagi pelaku usaha," ujar Josua, Rabu (22/7). Sebagai informasi, total utang luar negeri pada akhir Mei adalah US$ 302,29 miliar di mana utang swasta tercatat US$ 168,74 miliar. Perlambatan pertumbuhan utang ini terjadi pada ULN sektor swasta ataupun publik. Apabila pada April 2015 pertumbuhan ULN swasta mencapai 13,2%, pada Mei turun ke 10,2%. Sementara itu, ULN sektor pbulik hanya tumbuh 1%, melambat dibanding pertumbuhan bulan sebelumnya 1,5%. Perlambatan pertumbuhan utang terjadi pada beberapa sektor industri seperti industri pengolahan yang pada April tercatat ULN sebesar US$ 34,16 miliar kemudian turun mejadi US$ 33,9 miliar, industri listrik, gas dan air bersih yang turun dari US$ 22,83 miliar pada April ke US$ 22,6 miliar pada Mei, dan sektor jasa yang turun dari US$ 18,6 miliar ke US$ 18,38 miliar. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News