Ekonom: Pelemahan rupiah bisa pengaruhi DSR



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan I 2018 tercatat sebesar US$ 358,7 miliar atau tumbuh sebesar 8,7% yoy. Pertumbuhannya tercatat melambat dibandingkan triwulan I 2017 yang sebesar 10,4% yoy.

Selain itu, dalam laporan BI juga menunjukkan bahwa Rasio Pembayaran Utang (Debt Service Ratio/DSR) menurun signifikan secara tahunan. Di sisi DSR, pada DSR Tier 1 persentasenya menurun jadi 25,67% pada kuartal I-2018 dibandingkan dengan 33,15% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

DSR Tier 2 juga demikian. Pada kuartal I-2018, persentasenya turun dari 59,42% pada periode yang sama tahun lalu menjadi 52,37%.


Ekonom Indef Bhima Yudhistira mengatakan, meski membaik dari tahun lalu, rasio pembayaran utang ini tetap harus diwaspadai lantaran ada pelemahan rupiah.

“Kalau terus loyo ekspornya karena bahan baku impor mahal biaya produksi naik, kapal asing bayar pakai dolar logistic cost naik, hambatan dagang juga akan pengaruh ke DSR,” kata Bhima kepada Kontan.co.id, Rabu (16/5).

Ia menambahkan, persentase DSR dibandingkan dengan tahun lalu yang lebih oke itu juga disebabkan oleh commodity boom pada tahun 2017. Namun, sekarang hambatan dagangnya semakin banyak.

“Itu saja problemnya. Permintaan ekspor dari AS dan China sebenarnya solid,” ucapnya.

Adapun, Bhima menyoroti naiknya DSR (Tier 1) dari kuartal IV-2017 yakni 25,62% ke 25,67% pada kuartal I-2018. Ia menyebut, DSR Indonesia masih tergolong tinggi.

“Indikator DSR yang aman menurut IMF adalah 25%. Di level ASEAN sendiri DSR Indonesia tergolong cukup tinggi mengindikasikan pemanfaatan ULN belum signifikan dorong kinerja ekspor,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto