Ekonom: Pengelolaan inflasi pangan perlu dikontrol



KONTAN.CO.ID -JAKARTA.  Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tertinggi pada tahun 2018 terjadi pada kenaikan harga bergejolak atau volatile food. Inflasi bergejolak sepanjang 2018 tercatat sebesar 3,39%. Salah satu komoditas yang menjadi sorotan BPS adalah harga beras yang bobotnya cukup tinggi pada pergerakan inflasi harga.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede membenarkan temuan BPS tersbut. Ia mengatakan volatile food meningkat cukup tajam di tahun 2018. Sedangkan inflasi inti terjadi kenaikan karena daya beli yang meningkat. "Kalau lihat inflasi inti, sisi permintaan tumbuh kuat. Volatile food, pengelolaan inflasi pangan perlu dikontrol," ujar Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/1).

Josua menjelaskan, kenaikan harga pangan terjadi tak jauh dari alasan bencana alam yang terjadi di tahun 2018. Sehingga transportasi logistik dan makanan cukup sulit. "Di situ tantangannya," tambah dia.


Ke depan inflasi volatile food masih menjadi salah satu tantangan. Apalagi adanya curah hujan tinggi yang terjadi di awal 2019 berpengaruh ke harga pangan. "Pengendalian inflasi daerah juga perlu diperkuat," tambahnya.

Sedangkan dari sisi administered price, Josua menduga harga yang dikendalikan pemerintah akan cenderung stabil apabila harga minyak dunia masih cenderung rendah dikisara US$ 50 per barel.

Apalagi tahun 2018, dampak inflasi administered price cukup minim karena pemerintah telah menaikkan tarif dasar listrik (TDL) pada tahun 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli