Ekonom: Penurunan investasi portofolio karena kenaikan suku bunga yang agresif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) merilis surplus investasi portofolio neto mengalami penurunan bila dibanding tahun 2017. Tercatat pada tahun 2017 mencapai US$ 21,1 miliar, lalu pada tahun 2018 hanya surplus US$ 9,3 miliar.

BI memaparkan, penurunan karena derasnya arus dana asing yang keluar dari pasar saham dan instrumen surat utang pemerintah berdenominasi rupiah pada tiga triwulan pertama, serta cukup besarnya obligasi global pemerintah yang jatuh tempo pada 2018.

"Bond inflow menurun dibanding 2017, karena di 2018 ada kenaikan agresif dalam suku bunga acuan," jelas Ekonom Bank CIMB Niaga Adrian Panggabean saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (13/2).


Kondisi ini, jelas Adrian, sebagai reaksi yang normal dan rasional. Utamanya dipengaruhi oleh pergerakan harga. Pada kuartal I-2018, terjadi inflow karena kondisi ekonomi makro cukup menjanjikan.

Terutama karena pasar berekspektasi suku bunga tidak akan naik karena rate saat itu sudah cukup menarik, selain itu inflasi juga dalam kondisi terkendali, serta prediksi pertumbuhan ekonomi yang baik.

Kemudian pada kuartal II, rupiah mulai mengalami depresiasi sehingga BI mulai menaikkan suku bunga. Kondisi ini berlanjut hingga kuartal III-2018. Sedangkan kondisi ekonomi makro pada kuartal IV-2018 kembali membaik dengan rupiah yang kembali menguat, inflasi terkendali 3,13% dan pertumbuhan ekonomi 5,17% maka terjadi arus masuk kembali.

"Jadi yang menjelaskan portofolio masuk di kuartal I dan IV itu murni masalah harga," jelas Adrian.

Terkait utang pemerintah, saat pemerintah menerbitkan surat utang, maka jelas utang pemerintah akan meningkat. Kendati demikian, hal ini tidak perlu dipusingkan, sebab jelas Adrian, pemerintah sudah memberitahu pada akhir 2017 bahwa mereka akan menerbitkan obligasi.

Penerbitan tersebut sudah jelas digunakan untuk menambal utang jatuh tempo, sisanya untuk pembiayaan baru. "Jumlah issuance obligasi naik, ya jumlah utang naik dong.

Kemarin (2017) gross issuance ada sekitar Rp 800 triliun dengan net issuance sekitar Rp 400 triliun. Artinya kenaikan bersih utang Indonesia ada Rp 400 triliun (dari bonds)," ujar Adrian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli