Ekonom : Perang tarif impor AS-China tak akan berdampak ke Industri di Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak Senin (2/4) kemarin, China mulai menerapkan tarif bea masuk hingga 25% terhadap 128 produk dari Amerika Serikat. Produk AS yang dikenakan tarif tambahan antara lain daging babi beku, wine, buah-buahan dan kedelai.

Penetapan tarif impor itu merupakan balasan China atas negara Paman Sam yang menetapkan tarif impor baja 25% dan alumunium 10% dari berbagai negara, termasuk China.

Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Andry Asmoro mengatakan, karena China menaikkan tarif impor produk dari AS yang berupa produk pangan, seharusnya Indonesia bisa mengisi. “Cuma pertanyaannya, apakah Indonesia mengekspor produk-produk pangan yang sama dengan AS baik dari sisi kualitas maupun jenis dan kemasannya?” katanya kepada Kontan.co.id baru-baru ini.


Andry menambahkan saat ini China dan AS adalah negara yang menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Ekspor ke China mencapai 13% dan AS 11%. Ekspor Indonesia ke China mayoritas komoditas mentah seperti crude palm oil (CPO), coal, dan rubber. “Sementara ekspor ke AS adalah tekstil, karet, dan alas kaki,” ujar Andry.

Oleh karenanya, Andry melihat secara umum Indonesia belum mendapat keuntungan dari adanya perang tarif dua negara tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi