Ekonom: Perbaiki neraca jasa, perbaiki kapal RI



JAKARTA. Pemerintah ingin memperbaiki defisit neraca jasa yang selama ini mendera fundamental ekonomi Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah mendongkrak sektor pariwisata.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat, permasalahan defisit neraca jasa juga terkait dengan kapal asing. Yang dipercayai oleh para eksportir adalah kapal asing sehingga asuransi perusahaannya adalah asing. Kalau mau memperbaiki neraca jasa, berarti kapal-kapal Indonesia perlu diperbaiki pelayanannya. Perbaikan ini memang tidak bisa cepat dan membutuhkan waktu. Sementara itu, sektor pariwisata Indonesia terkendala infrastruktur. Yang bagus infrastrukturnya hanya Jawa dan Bali. "Orang Indonesia sendiri lebih milih ke Tokyo daripada pergi ke wilayah timur karena biayanya lebih mahal," ujar David ketika dihubungi KONTAN, Jumat (19/12). Kepala Ekonom Bank Tabungan Negara (BTN) Agustinus Prasetyantoko menilai, urusan logistik Indonesia harus baik untuk bisa mendorong pariwisata. Pelabuhan harus bagus dan tidak hanya antar pulau tetapi juga antar negara. Yang harus didorong adalah jasa pengapalan ekspor di mana defisit pada pos ini besar. "Kalau dorong poros maritim, Indonesia juga harus mempunyai ekspedisi pengapalan," pungkasnya.

Sebagai informasi, neraca jasa mengalami defisit setiap tahunnya. Tahun 2012 defisit sebesar US$ 19,56 miliar, tahun 2013 defisit senilai US$ 12,07 miliar, dan terakhir pada triwulan III 2014 defisit US$ 2,53 miliar atau susut dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar US$ 2,9 miliar. Menyempitnya defisit neraca jasa pada triwulan III diakibatkan berkurangnya pembayaran jasa freight, seiring dengan impor yang menurun. Di sisi lain, ada penerimaan jasa perjalanan yang mengikuti peningkatan jumlah wisman dengan pola pengeluaran yang lebih tinggi. Selama triwulan III 2014, jumlah wisman tercatat 2,4 juta orang, naik dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,34 juta orang. Pengeluaran wisman meningkat sehingga penerimaan jasa perjalanan meningkat dari US$ 2,1 miliar pada triwulan II menjadi US$ 2,5 miliar pada triwulan III.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan