JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat porsi investasi langsung dalam kewajiban finansial alias utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan II 2014 sebesar US$ 264,26 miliar atau memiliki porsi 43,4% dari utang. Sedangkan, investasi portofolio memakan porsi 31,92% atau sebesar US$ 194,28 miliar pada akhir triwulan II. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, selama kewajiban finansial luar negeri Indonesia masih didominasi oleh investasi langsung maka net kewajiban yang terjadi dalam ekonomi Indonesia menjadi tidak masalah. Artinya, utang yang diambil Indonesia dilakukan untuk kegiatan produktif. Yang perlu menjadi perhatian ke depan adalah meningkatkan porsi investasi langsung agar menjadi investasi utang yang sangat dominan. Menurut Lana, salah satu hambatan yang menghalangi investasi langsung semakin deras masuk ke Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 nanti. Indonesia bisa saja hanya menjadi pasar namun investasinya dilakukan di negara Asean lainnya dengan bea masuk 0%. Indonesia bisa kalah dari Vietnam yang iklim investasinya lebih baik. Karena itu pemerintahan baru nanti harus memperhatikan lima persoalan investasi langsung yaitu korupsi yang tinggi, birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang kurang memadai, tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah, serta akses pembiayaan yang mahal. "Ini yang buat investasi langsung di Indonesia kurang menarik. Dalam survei doing business Indonesia masih pada peringkat 128 dari 188 negara," terang Lana kepada KONTAN, Selasa (30/9).
Ekonom: Perbesar porsi investasi langsung di utang
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat porsi investasi langsung dalam kewajiban finansial alias utang luar negeri Indonesia pada akhir triwulan II 2014 sebesar US$ 264,26 miliar atau memiliki porsi 43,4% dari utang. Sedangkan, investasi portofolio memakan porsi 31,92% atau sebesar US$ 194,28 miliar pada akhir triwulan II. Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat, selama kewajiban finansial luar negeri Indonesia masih didominasi oleh investasi langsung maka net kewajiban yang terjadi dalam ekonomi Indonesia menjadi tidak masalah. Artinya, utang yang diambil Indonesia dilakukan untuk kegiatan produktif. Yang perlu menjadi perhatian ke depan adalah meningkatkan porsi investasi langsung agar menjadi investasi utang yang sangat dominan. Menurut Lana, salah satu hambatan yang menghalangi investasi langsung semakin deras masuk ke Indonesia adalah Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tahun 2015 nanti. Indonesia bisa saja hanya menjadi pasar namun investasinya dilakukan di negara Asean lainnya dengan bea masuk 0%. Indonesia bisa kalah dari Vietnam yang iklim investasinya lebih baik. Karena itu pemerintahan baru nanti harus memperhatikan lima persoalan investasi langsung yaitu korupsi yang tinggi, birokrasi yang tidak efisien, infrastruktur yang kurang memadai, tumpang tindih kebijakan antara pusat dan daerah, serta akses pembiayaan yang mahal. "Ini yang buat investasi langsung di Indonesia kurang menarik. Dalam survei doing business Indonesia masih pada peringkat 128 dari 188 negara," terang Lana kepada KONTAN, Selasa (30/9).