Ekonom perkirakan BI rate masih di level 7,5%



JAKARTA. Bank Indonesia akan mengumumkan hasil rapat dewan gubernur (RDG) triwulan I-2014, hari ini (8/5). Dalam agendanya, bank sentral juga akan mengumumkan mengenai tingkat suku bunga acuan atau BI rate. Pengamat Ekonomi UI, Lana Soelistianingsih mengungkapkan, jika memperhatikan data pertumbuhan ekonomi Indonesia kurang baik karena melambat hingga ke level 5,21% yang diluar perkiraan, maka tingkat suku bunga acuan atau BI rate idealnya diturunkan. Meski begitu, menurut Lana, BI belum akan menurunkan BI rate lantaran perlambatan pertumbuhan ekonomi hanya bersifat sementara. "Ada faktor yang kurang bagus di pertumbuhan ekonomi yang melambatnya cukup di luar dugaan hingga ke 5,21%. Menyikapi ini, suku bunga harusnya diturunkan, tapi perlambatan pertumbuhan ekonomi ini sifatnya temporary, karena di kuartal II-2014 akan meningkat seiring menjelang puasa dan lebaran," jelas Lana kepada KONTAN, Kamis (8/5). Perlambatan pertumbuhan ekonomi memang telah direncanakan BI dengan memberikan arahan perlambatan pertumbuhan penyaluran kredit pada sektor perbankan. Tapi, bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi jauh di bawah perkiraan BI, itu yang sepertinya tidak disangka sebelumnya. "Memang ekspektasi ekonomi melambat tapi tidak sedalam realisasi kemarin. BI memperkirakan turun, tapi masih memperkirakan perlambatan di 5,6%-5,7%. Mungkin saja BI kecolongan dengan perlambatan ini," ujarnya. Lebih lanjut, Lana menuturkan, masih akan ditahannya level BI rate oleh otoritas moneter ini, juga lantaran fundamental ekonomi makro Indonesia yang perbaikannya masih berlanjut.

Lana bilang, tren penurunan inflasi, surplusnya neraca perdagangan pada bulan Februari dan Maret serta membaiknya posisi cadangan devisa Indonesia per April 2014, menjadi pertimbangan bank sentral untuk tetap menahan tingkat suku bunga acuannya kali ini. "Pengaruh dari luar negeri masih stabil, aliran modal ke portofolio saham meningkat, jadi BI rate untuk sementara masih bisa bertahan di 7,5%," ucap Lana. Senada, Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti juga memperkirakan, BI rate masih akan bertahan di level 7,5%. Destry bilang, masih ada ketidakpastian ekonomi baik pengaruh global maupu domestik kedepannya. Selain itu, masih adanya ketidakpastian politik sampai dengan perkembangan ekspor impor Indonesia yang belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan, menjadi pertimbangan BI rate belum akan diturunkan kali ini. "BI rate akan stay (tetap). Jangan turun dulu, karena masih ada ketidakpastian yang menghadang di depan," ujar Destry. Menurut Destry, meski neraca perdagangan Indonesia pada Februari dan Maret mengalami surplus, namun data tersebut lebih dikarenakan faktor harga. "Data produk domestik bruto (PDB) net ekspor negatif. Karena dari sisi volume belum bisa menutupi. Penerapan UU Minerba belum bisa meningkatkan volume ekspor. Dengan suku bunga 7,5% saja, masih belum bisa meningkatkan ekonomi domestik, karen justru masih akan ada ketidakpastian," tutur Destry. Destry nemambahkan, dibutuhkan kebijakan konkret dari pemerintah di sektor eksternal khususnya terkait ekspor. Dan hal tersebut, menurut Destry, tidak bisa dilakukan oleh Bank Indonesia sebagai otoritas moneter, tapi harus dilakukan oleh pemerintah. "Pemerintah harus ada kebijakan di sektor riil. Butuh kebijakan konkret di sektor eksternal, khususnya untuk ekspor," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dikky Setiawan