Ekonom Perkirakan Cadangan Devisa di 2023 Sentuh US$ 140 Miliar,



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mencatat, cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2022 sebesar US$ 137,2 miliar atau naik US$ 3,2 miliar dari US$ 134,0 miliar pada bulan sebelumnya.  Ekonom memperkirakan, cadangan devisa masih berpotensi meningkat di tahun 2023.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan, cadangan devisa pada akhir tahun 2023 akan berada pada kisaran US$ 135 miliar hingga US$ 140 miliar. Hal ini dapat mendukung nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selama periode ketidakpastian global yang tinggi. 

Faisal juga memperkirakan rupiah berada pada kisaran Rp 15.285 per dolar AS di akhir tahun 2022


Menurut Faisal, jika dibandingkan dengan posisi pada akhir tahun 2021, cadangan devisa sepanjang 2022 lalu turun secara signifikan sebesar US$ 7,7 miliar dari US$ 144,9 miliar meskipun mencatat surplus perdagangan yang tinggi.

Hal ini disebabkan tekanan yang bersumber dari normalisasi moneter global yang lebih agresif untuk melawan inflasi yang tinggi, mendorong imbal hasil global serta memicu aliran modal keluar dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Cadangan Devisa Indonesia Naik US$ 3,2 Miliar pada Desember 2022

Ia menilai, pertumbuhan ekspor akan melambat lantaran penurunan harga komoditas, terutama untuk batubara dan crude palm oil (CPO), didorong oleh lesunya permintaan global di tengah meningkatnya risiko perlambatan ekonomi global. Meski diperkirakan menyusut, surplus neraca dagang bisa bertahan lebih lama lantaran penurunan harga komoditas akan lebih bertahap.

Sementara pertumbuhan impor di tahun 2023 diperkirakan akan lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor, lantaran permintaan domestik akan terus menguat menyusul pencabutan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada akhir tahun 2022 dan keputusan untuk melanjutkan Proyek Strategis Nasional.

"Namun pertumbuhan impor pada tahun 2023 terlihat melemah dari pertumbuhan tahun 2022 karena harga minyak yang lebih rendah dan antisipasi penurunan ekspor. Sebagian bahan baku untuk memproduksi barang ekspor diperoleh dari impor," kepada Kontan.co.id , Jumat (6/1).

Baca Juga: Cadangan Devisa Berpotensi Naik pada Desember, Ini Faktornya

Kemudian, ia melihat neraca keuangan akan menghadapi beberapa rintangan. Meningkatnya ketakutan akan perlambatan ekonomi global dapat memicu sentimen risk-off di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia karena investor cenderung beralih ke aset safe-haven.

"Pembukaan kembali ekonomi China, ekonomi terbesar kedua di dunia, juga dapat menarik investor untuk mencari penyeimbangan portofolio di Asia," ungkap Faisal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi