KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyampaikan data pencapaian devisa pariwisata 2022 sebesar US$ 7,03 miliar. Angka itu terlihat masih terlalu jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar US$ 30 miliar pada 2024. Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal mengatakan target 2024 itu memang agak susah dicapai karena sejumlah hambatan yang dihadapi. Sebab, kalau melihat pemulihan pariwisata antarnegara, terutama wisatawan yang masuk ke Indonesia, memang masih cukup jauh di bawah kondisi prapandemi Covid-19. Adapun pada 2019 bisa mencapai 16 juta orang.
Baca Juga: Kunjungan Wisman Turun Periode pada Awal Tahun, Begini Kata Ekonom "Nah, sekarang, kan, wisatawan paling sekitar 7 juta saja yang mana separuh daripada sebelum pandemi Covid-19. Oleh karena itu, mengejar sampai kondisi prapandemi Covid-19 memang perlu upaya lebih," ucap dia kepada KONTAN.CO.ID, Minggu (9/4). Faisal menyampaikan upaya tersebut juga tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat, apalagi 2024 ada tahun politik sehingga dapat memengaruhi jumlah wisatawan yang masuk ke Indonesia. Menurut dia, pada tahun politik biasanya tak akan terjadi lonjakan drastis wisatawan. Oleh karena itu, hal tersebut juga menjadi hambatan pemerintah untuk mencapai target 2024. Selain itu, tiket pesawat yang makin mahal belakangan ini juga menjadi salah satu faktor yang membuat pariwisata di luar Jawa dan Bali menjadi terganggu. Faisal menyebut perlu adanya upaya dari pemerintah untuk membenahi permasalahan tersebut dan mendorong pariwisata di daerah luar Pulau Jawa dan Bali. Sementara itu, Faisal memperkirakan objek pariwisata di Pulau Jawa dan Bali akan lebih cepat pulih ketimbang daerah lain dan sudah hampir mendekati kondisi prapandemi Covid-19. Senada dengan Faisal, Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah juga memperkirakan sulit untuk mencapai US$ 30 miliar pada 2024. Menurut dia, RPJMN 2020-2024 disusun sebelum terjadi pandemi Covid-19 dengan berbagai asumsi yang saat ini sudah sangat tidak relevan. Adanya pandemi Covid-19 tentu banyak mengubah segala hal, termasuk pariwisata Indonesia.
Baca Juga: Sandiaga Optimistis Perputaran Ekonomi Parekraf Capai Rp 100 Triliun di Libur Lebaran "Oleh karena itu, RPJMN seharusnya direvisi dan disesuaikan dengan kondisi terkini pasc apandemi Covid-19. Meski pandemi Covid-19 sudah berakhir dan pariwisata sudah mulai bangkit, tetapi banyak hal yang belum sepenuhnya pulih," kata dia. Piter mencontohkan turis asal China yang sebelum pandemi Covid-19 sempat mendominasi destinasi wisata baik di wilayah Bali maupun Manado, kini belum kembali seperti dahulu. Demikian juga dengan penerbangan dan hotel yang belum sepenuhnya pulih dan siap. Menurut Piter, masih butuh waktu dan tak bisa diselesaikan dalam jangka pendek. Dia memprediksi 2024 kemungkinan menjadi awal pariwisata Indonesia bangkit sepenuhnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .