Ekonom perkirakan kenaikan produksi manufaktur untuk mengejar libur lebaran



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri manufaktur dalam negeri kembali menggeliat. Hal tersebut tampak dari membaiknya pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang (IBS) dan industri manufaktur mikro dan kecil (IMK).

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi IBS kuartal pertama tahun ini tumbuh 5,01% year on year (YoY), jauh lebih tinggi dibanding kuartal pertama 2017 dan 2016 yang masing-masing sebesar 4,46% YoY dan 4,13% YoY. Walaupun, dibandingkan dengan kuartal keempat 2017 yang tumbuh 5,13% YoY, pertumbuhan di kuartal pertama tahun ini masih lebih rendah.

Sementara IMK kuartal pertama tumbuh 5,25% YoY, lebih rendah dari kuartal pertama 2017 dan kuartal pertama 2016 yang masing-masing 6,63% YoY dan 5,91% YoY. Namun, dibanding kuartal keempat 2017 yang sebesar 4,59%, pertumbuhan IMK di kuartal pertama masih lebih tinggi.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan, membaiknya kinerja manufaktur kuartal pertama tahun ini tidak sejalan dengan kinerja penjualan ritel yang justru menurun.

Penurunan penjualan ritel tersebut lanjut Lana, tercermin dari penurunan pendapatan sejumlah emiten di antaranya Unilever dan Kalbe Farma.

"Bisa jadi produksi dinaikkan di kuartal pertama karena ada potensi penurunan produksi di kuartal kedua akibat libur yang agak panjang," kata Lana kepada Kontan.co.id, Rabu (2/5).

Apalagi, libur lebaran yang jatuh di kuartal kedua tahun ini kemungkinan lebih panjang dari tahun sebelumnya. Hal ini yang kemungkinan menyebabkan produksi manufaktur kuartal pertama tahun ini membaik.

Oleh karena itu menurut Lana, dibutuhkan data kuartal ketiga dan keempat tahun ini untuk mengonfirmasi membaiknya kinerja manufaktur dalam negeri.

Tapi, jika melihat secara historis bahwa belanja pemerintah mulai agresif di kuartal ketiga dan semakin agresif di kuartal keempat, seharusnya kinerja manufaktur juga semakin membaik. "Kalau lebih baik, tentu itu yang kita harapkan," tambahnya.

Lana juga mengatakan, meski kinerja manufaktur kuartal pertama tahun ini membaik, pertumbuhan ekonomi diperkirakannya akan stabil di angka 5%. Proyeksi pihaknya, pertumbuhan ekonomi tahun ini akan ada di kisaran 5,04%-5,06%, lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang sebesar 5,09%.

Hal itu lantaran konsumsi rumah tangga yang kelihatannya tidak sebaik yang diperkirakan. Sebab kata Lana, penjualan 27 emiten besar mengalami penurunan dibanding kuartal pertama tahun 2017.

Ditambah lagi, data pertumbuhan realisasi investasi kuartal pertama 2017 yang lebih lambat dibanding kuartal pertama 2017 dan 2016.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto