Ekonom prediksi BI tahan suku bunga acuan di level 3,5% hingga akhir 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga acuan di level 3,50% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Agustus 2021. 

Terkait kebijakan ini, Ekonom Bank Mandiri berharap BI untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 3,50% hingga khir tahun 2021 untuk fokus pada proses pemulihan ekonomi. 

“BI lebih baik fokus dalam melaksanakan injeksi likuiditas atau quantitative easing (QE) dan pelonggaran kebijakan makroprudensial untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi,” ujar Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman kepada Kontan.co.id, Kamis (19/8). 


Faisal yakin, dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif tersebut, mampu membawa pemulihan ekonomi sesuai pada jalurnya. 

Baca Juga: Perry Warjiyo beri kisi-kisi soal kemungkinan pembelian SBN oleh BI di tahun 2022

Selain fokus pada pemulihan ekonomi, Faisal juga menyarankan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengelola risiko keluarnya modal asing dari pasar keuangan domestik, seiring dengan adanya risiko pengetatan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS). 

The Federal Reserve (The Fed) memang sudah mengindikasikan untuk mulai menarik pembelian aset sebelum akhir 2021, seiring dengan pemulihan ekonomi AS yang diindikasikan dari peningkatan inflasi dan penurunan angka pengangguran. 

Bahkan, BI juga sudah memberi sinyal untuk meningkatkan suku bunga kebijakannya sebesar 50 bps ke 0,75% di tahun 2023. 

“Maka dari itu, lebih baik BI untuk menjaga suku bunga kebijakan tidak berubah untuk mengurangi risiko keluarnya modal asing dan stabilitas rupiah,” tambahnya. 

Baca Juga: Gubernur BI optimistis dampak tapering off tidak akan sebesar taper tantrum 2013

Lebih lanjut, dari dalam negeri Faisal melihat adanya risiko yang terbatas dari pergerakan inflasi dan neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD).

Menurutnya, kondisi inflasi relatif lebih rendah karena pola pemulihan ekonomi akan bertahap. Sementara CAD akan melebar, tetapi terkendali seiring dengan surplus neraca perdagangan.  “Hal ini akan menjaga instrumen keuangan dalam negeri masih menarik, sehingga mendukung stabilitas pasar keuangan,” tandasnya. 

Selanjutnya: BI sudah pasang kuda-kuda hadapi tapering off AS

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli