Ekonom Prediksi Masih Ada Harapan Kinerja Ekspor RI Membaik Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus dalam 40 bulan berturut-turut. Meski begitu, terjadi penurunan pertumbuhan ekspor yang cukup tajam.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengatakan, kinerja ekspor terutama dalam beberapa bulan terakhir memang mulai menurun. Hal ini sejalan dengan melandainya harga komoditas yang sebenarnya sudah terjadi dari awal tahun.

Namun demikian Yusuf menilai, kinerja ekspor masih berpeluang membaik pada tahun ini. Hal ini karena harga minyak global sedang mengalami tren kenaikan. Dia menambahkan, kenaikan harga minyak akan ikut berdampak terhadap kenaikan beberapa harga komoditas lain terutama seperti Crude Plam oil (CPO) dan beberapa komoditas mineral dan batubara.  


Baca Juga: Berdampak ke Indonesia, Pemerintah Waspadai Sejumlah Risiko Global Ini

“Jadi jika trend harga minyak ini terus berlanjut hingga akhir tahun nanti, maka peluang setidaknya ekspor tidak terjerembab lebih dalam dibandingkan posisi saat ini. Itu masih bisa dilihat sampai dengan akhir tahun nanti,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (24/9).

Selain itu, faktor musiman pada akhir tahun mendatang juga akan mendorong peningkatan kinerja ekspor, meskipun tidak setinggi pola musiman pada kuartal atau bulan-bulan sebelumnya.

Adapun sebelumnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah akan mewaspadai penurunan ekspor yang cukup tajam.

“Hal ini perlu diwaspadai mengingat indeks PMI manufaktur di beberapa negara besar seperti Amerika, Kanada, dan Eropa masih berada dalam jalur kontraksi,” tutur Sri Mulyani.

Baca Juga: Utang Global Memasuki Rekor Baru, Sentuh US$ 307 Triliun pada Kuartal II 2023

Untuk diketahui, pada bulan Agustus 2023, kinerja ekspor turun sebesar 21,21% year on year (yoy), penurunan kinerja terjadi pada sektor Migas maupun sektor nonMigas. Kinerja sektor nonMigas mengalami penurunan, kali ini mencapai 21,25% yoy.

Penurunan yang paling signifikan terjadi pada ekspor minyak goreng kelapa sawit dan batubara jenis lignit, masing-masing turun sebesar 19,39% yoy dan 21,36% yoy. Sektor Migas juga mengalami penurunan ekspor sebesar 20,69 % yoy, yang disebabkan oleh penurunan ekspor gas alam dan minyak bitumen sebagai dampak penurunan harga dan volume ekspor.  

 
 
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .