Ekonom Prediksi Rupiah Kembali Stabil pada 2023



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky optimistis nilai tukar rupiah tahun depan kembali stabil. Saat ini rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipicu sentimen The Fed yang rajin mengerek suku bunga acuan.

Rabu (12/10) siang pukul 12.35 WIB, kurs rupiah spot melemah 0,14% ke Rp 15.379 per dolar AS. Posisi rupiah ini bahkan sudah berada di level terlemah sejak 29 April 2022.

Riefky memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan ada di kisaran Rp 14.800 hingga Rp 15.200 per dolar AS pada tahun depan. Hal ini sejalan dengan perkiraan inflasi yang akan relatif akan lebih rendah tekanannya.


“Sehingga agresifitas kenaikan suku bunga tidak setinggi di tahun ini, menyebabkan arus modal keluar lebih rendah dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah juga tidak setinggi tahun ini,” tutur Riefky kepada Kontan.co.id, Rabu (12/10).

Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah hingga Tahun Depan, Begini Efeknya ke APBN

Ia memproyeksikan inflasi pada tahun depan akan ada di kisaran 4%, turun dari perkiraan pemerintah tahun ini bahwa inflasi di  2022 akan mencapai angka 5%, atau berada di level yang tinggi dari batas atas yang sebesar 4%.

Meski begitu, Riefky mengatakan, jika pelemahan rupiah terus berlanjut, maka akan berdampak besar kepada inflasi yang semakin tinggi lagi, karena dirongrong semakin mahalnya barang impor.

Selain itu, belanja APBN juga diperkriakan akan semakin meningkat akibat beban utang denominasi asing yang semakin besar.

Baca Juga: Terburuk Sejak April 2020, Rupiah Jisdor Melemah ke Rp 15.373 Per Dolar AS Hari Ini

“Dari sisi pertumbuhan ekonomi juga akan melambat karena ongkos produksi akan semakin mahal. Tapi rasanya rupiah tidak akan sampai menyentuh Rp 16.000 (pada 2023),” kata Dia.

Riefky memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan akan ada di kisaran 4,8% hingga 5%, lebih rendah dari perkiraan pertumbuhan ekonomi pemerintah tahun depan yang sebesar Rp 5,3%. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli