Ekonom proyeksikan kinerja manufaktur Indonesia melambat tahun ini, berikut pemicunya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sektor manufaktur Indonesia diprediksi akan melambat tahun ini. Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan, ada sejumlah faktor yang mendorong perlambatan kinerja industri manufaktur.

"Faktor utamanya adalah para pelaku industri menghadapi ketidakpastian dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (4/1).

Faktor lainnya adalah adanya penurunan permintaan produksi dari negara tujuan ekspor utama, serta permintaan dari sisi domestik yang relatif stagnan. Nantinya, kedua faktor itulah yang akan berimbas pada pengurangan kapasitas produksi dari industri manufaktur Indonesia.


Baca Juga: Akhir tahun 2019 manufaktur Indonesia masih lesu, begini prediksinya pada 2020

Menurut Bhima, sektor yang akan rentan terkena imbas dari pelemahan ekonomi global ini adalah sektor elektronik, otomotif, olahan kayu, serta plastik. Sementara itu, prospek manufaktur yang terlihat masih kokoh adalah sektor tekstil dan pakaian jadi.

Hal tersebut didasari oleh pertumbuhan sektor tekstil dan pakaian jadi yang cukup tinggi pada kuartal III 2019 lalu, yakni di atas 15,2% secara year-on-year (yoy).

"Sektor tekstil dan pakaian jadi ini mendapatkan angin segar dari AS setelah produk tekstil dari China dikenakan tarif yang lebih tinggi," tambah Bhima.

Meskipun begitu, ia menuturkan jika pelaku industri tadi dapat melihat peluang ekspor dengan jeli, maka kinerja beberapa subsektor manufaktur masih bisa terjaga.

Jika didasarkan pada pertimbangan tersebut, Bhima memproyeksikan Purchasing Managers' Index (PMI) Indonesia di tahun ini akan berada pada kisaran 47-51 atau masih moderat.

Baca Juga: Kinerja manufaktur ASEAN masih kontraksi hingga akhir 2019

Sebagai informasi, pada Desember 2019 lalu IHS Markit mencatat (PMI) Manufaktur Indonesia berada pada level 49,5. Capaian indeks tersebut terlihat membaik apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang hanya mencapai 48,2.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi