JAKARTA. Akibat pertumbuhan serta nilai tukar rupiah yang meleset dari target, pemerintah harus merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Anggaran beban subsidi energi menjadi pos anggaran yang paling terpengaruh.Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat pertumbuhan ekonomi dan kurs memang menjadi dua komponen yang paling berdampak signifikan terhadap anggaran. Dirinya menjelaskan ruang gerak APBN setiap tahunnya semakin sulit.Subsidi energi sendiri dengan anggaran Rp 391,13 triliun dalam RPABN-P atau naik Rp 110,03 triliun, alokasinya sudah 21%. Belum ditambah dengan anggaran pendidikan 20%, pembayaran utang serta dana dana desa yang tahun depan mulai dialokasikan.Mau tidak mau, pemerintah harus bisa mengurangi anggaran subsidi energi. Kalau tidak, subsidi energi setiap tahunnya akan terus dan terus menyandera bujet pemerintah. "Kalau tidak dikurangi, tidak ada ruang gerak untuk menggenjot pertumbuhan," tukas David.Sebagai informasi, dalam perhitungan pemerintah, defisit bisa melonjak menjadi Rp 472 triliun atau 4,69% dari PDB kalau tidak dirombak.Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan ada dua efek yang menyebabkan defisit anggaran melonjak hingga 4,69%. Pertama, penurunan pertumbuhan ekonomi. Yang paling terpengaruh dari penurunan pertumbuhan adalah setoran pajak.Pajak bisa merosot hingga Rp 110 triliun kalau pertumbuhan tetap dipasang pada level 6%. Penerimaan pajak dalam APBN 2014 mencapai Rp 1.110,19 triliun. Dalam RAPBN-P, setoran pajak turun menjadi Rp 1.059,79 triliun.Kedua, nilai tukar rupiah. "Setiap 100 rupiah pelemahan nilai tukar buat beban defisit mengalami peningkatan Rp 3 triliun-Rp 4 triliun," ujar Chatib dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (9/6).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekonom: Ruang gerak APBN kian sulit
JAKARTA. Akibat pertumbuhan serta nilai tukar rupiah yang meleset dari target, pemerintah harus merevisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Anggaran beban subsidi energi menjadi pos anggaran yang paling terpengaruh.Bank Central Asia (BCA) David Sumual berpendapat pertumbuhan ekonomi dan kurs memang menjadi dua komponen yang paling berdampak signifikan terhadap anggaran. Dirinya menjelaskan ruang gerak APBN setiap tahunnya semakin sulit.Subsidi energi sendiri dengan anggaran Rp 391,13 triliun dalam RPABN-P atau naik Rp 110,03 triliun, alokasinya sudah 21%. Belum ditambah dengan anggaran pendidikan 20%, pembayaran utang serta dana dana desa yang tahun depan mulai dialokasikan.Mau tidak mau, pemerintah harus bisa mengurangi anggaran subsidi energi. Kalau tidak, subsidi energi setiap tahunnya akan terus dan terus menyandera bujet pemerintah. "Kalau tidak dikurangi, tidak ada ruang gerak untuk menggenjot pertumbuhan," tukas David.Sebagai informasi, dalam perhitungan pemerintah, defisit bisa melonjak menjadi Rp 472 triliun atau 4,69% dari PDB kalau tidak dirombak.Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan ada dua efek yang menyebabkan defisit anggaran melonjak hingga 4,69%. Pertama, penurunan pertumbuhan ekonomi. Yang paling terpengaruh dari penurunan pertumbuhan adalah setoran pajak.Pajak bisa merosot hingga Rp 110 triliun kalau pertumbuhan tetap dipasang pada level 6%. Penerimaan pajak dalam APBN 2014 mencapai Rp 1.110,19 triliun. Dalam RAPBN-P, setoran pajak turun menjadi Rp 1.059,79 triliun.Kedua, nilai tukar rupiah. "Setiap 100 rupiah pelemahan nilai tukar buat beban defisit mengalami peningkatan Rp 3 triliun-Rp 4 triliun," ujar Chatib dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Senin (9/6).Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News