Ekonom Sarankan Pemerintah Kurangi Porsi Penerbitan Surat Utang Negara Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana mengurangi pembiayaan utang tahun ini sebesar Rp Rp 289,9 triliun, atau menurun 41,6% dari target yang sebesar Rp 696,3 triliun.

Untuk diketahui, pembiayaan utang pemerintah biasanya berasal dari dua sumber, yakni penerbitan surat berharga negara (SBN) atau berupa pinjaman.

Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, baiknya pemerintah lebih mengutamakan porsi penerbitan SBN. Alasannya karena penerbitan SBN sifatnya lebih fleksibel.


Baca Juga: Penerbitan SBN Tembus Rp 144,5 Triliun Hingga Mei 2023

Fleksibel yang dimaksud adalah,  pemerintah bisa memutuskan akan mengurangi atau menambah penerbitan SBN dengan menyesuaikan kondisi penerimaan negara. Sehingga penerimaan negara relatif cukup untuk membiayai beragam beragam belanja negara sampai akhir tahun, maka penerbitan SBN bisa dikurangi.

“Sementara pinjaman merupakan kontrak ataupun komitmen jangka menengah sampai dengan Panjang, yang ketika pinjaman luar negeri disepakati maka relatif sulit untuk kemudian mengubah jumlah ataupun peruntukan dari pinjaman tersebut,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Rabu (5/7).

Di sisi lain, Yusuf menilai meskipun Bank Indonesia sudah beberapa kali menahan suku bunga acuan yang sama, namun secara tren sebenarnya Indonesia berada pada tren suku bunga yang relatif tinggi apalagi jika dibandingkan dengan kondisi ketika pandemi.

Baca Juga: Penawaran Masuk Rp 34 Triliun di Lelang Sukuk, Investor Lokal Mendominasi

Maka dari itu, dengan suku bunga yang masih relatif tinggi, imbal hasil yang ditawarkan pada surat hutang yang diterbitkan pemerintah berpotensi juga menjadi lebih tinggi. Sehingga porsi utang pemerintah juga akan mengalami peningkatan.  

“Utang ini ada hubungannya dengan bunga utang yang akan mengalami peningkatan terutama dalam konteks yang menengah sampai panjang. Sehingga ketika ada peluang untuk tidak menerbitkan surat utang pada era suku bunga tinggi pemerintah tentu perlu mengambil peluang tersebut,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .