Ekonom: Sebaiknya kenaikan harga BBM awal 2015



JAKARTA. Pemerintahan baru Presiden Joko Widodo (Jokowi) dibayangi tugas berat untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Namun, tidak boleh asal naik. Kenaikan harga BBM harus diikuti dengan strategi yang tepat untuk meredam lonjakan inflasi.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih berpendapat dampak kenaikan harga BBM paling jelas terjadi pada harga pangan. Harga pangan langsung melonjak naik. Hal inilah yang kemudian pemerintah harus memperhatikan secara benar bagaimana mengontrol harga.

Menurut Lana, akan lebih baik apabila harga BBM dinaikkan pada awal tahun depan. Jadi selama sisa terakhir tahun ini pemerintah bisa mempersiapkan stok bahan pangan. "Jangan tergesa-gesa menaikkan harga. Ini ujian pertama pemerintah baru. Kalau tidak lulus, pasar bisa tidak percaya," ujar Lana ketika dihubungi KONTAN, Senin (27/10).


Perhitungan Lana, kalau harga BBM dinaikkan Rp 3.000/liter maka akan terjadi tambahan inflasi sebesar 3,5%. Tim ekonomi pemerintahan baru setidaknya harus bisa mengurangi tambahan inflasi hanya 2%. 

Untuk bisa mengurangi tambahan inflasi tentu harus bisa memastikan bahan pangan tersedia terutama beras. Di sisi lain, pemrintahan baru pun harus bisa memikirkan program sosial yang bisa mempertahankan daya beli masyarakat.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, inti dari strategi pengendalian kenaikan harga ada pada bahan makanan. Operasi pasar bisa cukup meredam kenaikan harga. 

Yang perlu diperhatikan juga adalah kelancoran pasokan bahan makanan. Biaya logistik menjadi kunci yang perlu dijaga agar tidak melonjak. "Harus digagas supaya di Kementerian Perdagangan tidak ada spekulasi di pasar," tandas David.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto