JAKARTA. Ekspor non migas yang melesat naik menjadi penyebab neraca dagang Mei bisa mencatatkan surplus US$ 69,9 juta. Namun, ekonom menilai, kondisi ekspor non migas yang naik ini bersifat sementara.Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingish berpendapat surplus neraca dagang yang terjadi pada bulan Mei sifatnya hanya sementara karena faktor musiman. Surplus terjadi karena adanya kenaikan ekspor CPO.Kenaikan ekspor CPO terjadi bukan karena harga namun karena volume yang naik. Volume ekspor yang naik sebagai akibat permintaan negara-negara tujuan ekspor seperti China, India, dan Pakistan meningkat. "Dilihat dari negara-negara tersebut, tampaknya lebih karena faktor musiman menjelang Lebaran," tutur Lana.Maka dari itu, setelah musim Lebaran berakhir maka kinerja ekspor non migas akan kembali merosot. Alhasil, neraca dagang pada bulan Juni dan Juli bisa kembali defisit.Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, ekspor pada bulan Mei mencapai US$ 14,83 miliar atau naik 3,73% dibanding bulan April sebelumnya. Ekspor non migas dibanding April mencatat kenaikan 6,95% menjadi US$ 12,45 miliar.Peningkatan terbesar ekspor non migas terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati. Apabila pada bulan April lalu ekspornya hanya US$ 1,12 miliar, maka pada bulan Mei naik 72,97% menjadi US$ 1,94 miliar.Alhasil, neraca non migas berhasil kembali mencatatkan surplus US$ 1,4 miliar. Kepala BPS Suryamin mengatakan membaiknya ekspor non migas adalah karena ekspor crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit yang meningkat.Dirinya bilang volume ekspor CPO masih tinggi meskipun harga CPO pada bulan Mei turun 2% dibanding April. Hal ini dikarenakan permintaan dari luar cukup tinggi untuk komoditi kelapa sawit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekonom: Surplus bulan Mei sifatnya sementara
JAKARTA. Ekspor non migas yang melesat naik menjadi penyebab neraca dagang Mei bisa mencatatkan surplus US$ 69,9 juta. Namun, ekonom menilai, kondisi ekspor non migas yang naik ini bersifat sementara.Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingish berpendapat surplus neraca dagang yang terjadi pada bulan Mei sifatnya hanya sementara karena faktor musiman. Surplus terjadi karena adanya kenaikan ekspor CPO.Kenaikan ekspor CPO terjadi bukan karena harga namun karena volume yang naik. Volume ekspor yang naik sebagai akibat permintaan negara-negara tujuan ekspor seperti China, India, dan Pakistan meningkat. "Dilihat dari negara-negara tersebut, tampaknya lebih karena faktor musiman menjelang Lebaran," tutur Lana.Maka dari itu, setelah musim Lebaran berakhir maka kinerja ekspor non migas akan kembali merosot. Alhasil, neraca dagang pada bulan Juni dan Juli bisa kembali defisit.Sebagai informasi, berdasarkan data BPS, ekspor pada bulan Mei mencapai US$ 14,83 miliar atau naik 3,73% dibanding bulan April sebelumnya. Ekspor non migas dibanding April mencatat kenaikan 6,95% menjadi US$ 12,45 miliar.Peningkatan terbesar ekspor non migas terjadi pada lemak dan minyak hewan/nabati. Apabila pada bulan April lalu ekspornya hanya US$ 1,12 miliar, maka pada bulan Mei naik 72,97% menjadi US$ 1,94 miliar.Alhasil, neraca non migas berhasil kembali mencatatkan surplus US$ 1,4 miliar. Kepala BPS Suryamin mengatakan membaiknya ekspor non migas adalah karena ekspor crude palm oil (CPO) atawa minyak kelapa sawit yang meningkat.Dirinya bilang volume ekspor CPO masih tinggi meskipun harga CPO pada bulan Mei turun 2% dibanding April. Hal ini dikarenakan permintaan dari luar cukup tinggi untuk komoditi kelapa sawit.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News