Ekonom Tanamduit prediksi IHSG bisa mencapai level 7.000 di kuartal ketiga 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Platform digital investasi Tanamduit memprediksi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa mencapai level 7.000 pada kuartal ketiga 2021. Hal ini disampaikan oleh Chief Economist Tanamduit Ferry Latuhihin dalam acara Tanamduit Market Outlook yang diselenggarakan secara virtual, Senin (15/3).

Menurut Ferry, peluang kenaikan IHSG hingga ke posisi 7.000 ini sejalan dengan data ekonomi yang diperkirakan membaik. Sebagai contoh, Organisation for Economic Co-Operation and Development (OECD) belum lama ini mengerek prediksinya atas pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 menjadi 4,9%, dari sebelumnya 4%. 

Bahkan, OECD memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 dapat mencapai 5,4%, lebih tinggi dari prediksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) yang sebesar 4% year on year (yoy). Selain itu, Ferry melihat bahwa pandemi Covid-19 akan berakhir sebentar lagi, sejalan dengan distribusi vaksin yang terlihat lancar. 


Ferry mengatakan badai krisis akibat pandemi corona ini sudah berlalu. "Sekarang tinggal masalah data ekonomi. Kita akan melihat realisasi tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi, hingga pertumbuhan kredit sepanjang kuartal pertama 2021 di bulan April 2021," tutur dia, Senin (15/3).  Ia yakin, realisasi data tersebut akan sejalan dengan berbagai proyeksi yang ada selama ini.

Baca Juga: Dana kelolaan reksadana kembali turun pada Februari 2021

Prediksi Tanamduit atas kenaikan IHSG hingga level 7.000 tersebut juga didukung oleh inflasi yang dia perkirakaan tidak akan terjadi pada tahun ini. Sebagaimana diketahui, inflasi merupakan salah satu hal yang ditakutkan oleh para investor di pasar saham.

Menurut Ferry, inflasi tidak akan terjadi pada tahun ini karena stimulus tambahan pemerintahan Joe Biden senilai US$ 1,9 triliun sebagian besar masih akan disimpan (tidak dibelanjakan). Selain itu, tidak semua sektor akan langsung memberikan suplai meski ekonomi sudah berjalan kembali. Terlebih lagi, tingkat pengangguran di AS saat ini juga masih cukup tinggi, yakni di atas 6%.

Baca Juga: Kurs rupiah melemah ke Rp 14.403 per dolar AS pada Senin (15/3)

Lebih lanjut, Ferry melihat kenaikan IHSG ini juga akan didorong oleh pelaku pasar yang mulai keluar dari pasar fixed income atau investasi surat utang dan beralih ke saham. Hal ini disebabkan oleh naiknya yield obligasi pemerintah AS sejalan dengan pemulihan ekonomi. 

Ferry memprediksi, yield obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun berpotensi naik lagi secara gradual ke tingkat 2,5%. Sementara saat ini berada di level 1,6%.

"Kalau yield obligasi naik, kan nanti harga fixed income turun. Jadi. orang akan beralih ke saham. Makanya saya bilang this is the year of risky asset," ungkap dia. Oleh karena itu, menurut Ferry saat ini merupakan waktu yang tepat untuk membeli instrumen saham bagi investor yang memiliki horizon waktu investasi menengah maupun panjang (1-3 tahun). 

Menurut dia, saat ini pasar saham sedang dalam posisi sideways. Investor masih melihat lagi apa yang akan terjadi ke depannya, tetapi juga tidak agresif jual. 

Baca Juga: IHSG turun 0,53% ke 6.324 pada Senin (15/3), BBCA paling banyak dijual asing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati