NEW YORK/DUBLIN. Tampaknya, perlambatan ekonomi global belum akan berakhir dalam waktu dekat ini. Di Amerika Serikat (AS), penjualan sektor ritel makin menyusut. Sementara, di Eropa, pertumbuhan ekonomi juga semakin kerdil.Departemen Perdagangan AS, Rabu (13/8), menyatakan bahwa pada bulan Juli 2008, nilai penjualan industri ritel turun 0,1% dari Juni lalu. Sekilas, angka penurunan ini tampak kecil. Tapi, jangan salah. Ini merupakan penurunan penjualan pertama bagi peritel AS dalam kurun waktu lima bulan terakhir.Kelesuan sektor otomotif menjadi penyebab utama penurunan kinerja sektor ritel itu. Sebab, jika tak memperhitungkan penjualan di sektor otomotif, nilai penjualan seluruh industri ritel AS sebenarnya masih meningkat 0,4% sepanjang bulan Juli lalu.
Ada dua faktor utama yang memicu penurunan penjualan sektor otomotif AS. Yang utama adalah lonjakan harga bahan bakar. Selain itu, yang kedua, bank-bank juga semakin memperketat menyalurkan kreditnya. Mereka juga telah menaikkan bunga kredit pembelian mobil. Rata-rata bunga kredit mobil untuk jangka waktu 36 bulan telah naik menjadi 6,77% tahun ini, dari 6,10% selama lima tahun terakhir. Yang mengkhawatirkan, tampaknya, tingkat inflasi AS juga bakal makin tinggi. Sebab, Departemen Perdagangan mencatat, sejak awal 2008 hingga bulan Juli, harga barang-barang impor telah melonjak hingga 21,6%. Ini merupakan lonjakan tertinggi sejak tahun 1982. Melihat data-data itu, para ekonom meramal, konsumsi masyarakat AS bakal makin menyusut di masa mendatang. Apalagi, kucuran stimulus dari pemerintah AS nyaris habis. Data Departemen Keuangan menunjukkan, 90% dari total nilai stimulus berupa pengembalian pajak (rebates) yang mencapai US$ 100 miliar telah mengucur pertengahan Juli lalu.