Ekonomi AS Lebih Unggul dari China



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) semakin mengungguli China. Ini nampak dari produk domestik bruto (PDB) AS yang tidak disesuaikan dengan inflasi, yang naik 6,3%. Angka ini melampaui kenaikan PDB China sebesar 4,6% di tahun lalu. 

Memang, kenaikan harga di AS jauh lebih tinggi dibanding di China. Tapi, sejumlah indikator ekonomi menunjukkan kemampuan perekonomian negeri Uwak Sam ini pulih dari pandemi lebih baik dibanding perekonomian China. 

"Ini keberuntungan yang luar biasa," kata Eswar Prasad, pakar ekonomi Cornell University dan mantan pemimpin tim Dana Moneter Internasional (IMF) di China, seperti dikutip Bloomberg. Artinya, peluang China menyalip AS sebagai negara dengan ekonomi paling besar di dunia kini semakin kecil.


Baca Juga: China Kicks Off Lunar New Year Travel Rush, Expects Record 9 Billion Trips

Prasad menuturkan, performa ekonomi AS terlihat cukup kuat. Sementara ekonomi China justru menghadapi banyak tantangan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Permasalahan China

Kondisi ekonomi AS dan China juga tercermin dari pergerakan pasar saham masing-masing negara. Saham-saham AS telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa pada minggu ini. Sementara pasar saham China justru terperosok, dengan penurunan nilai pasar saham lebih dari US$ 6 triliun.

Sekadar mengingatkan, awal tahun lalu, banyak yang memprediksi ekonomi AS akan memasuki masa resesi. Ini lantaran The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan untuk memerangi inflasi tinggi. 

Di sisi lain, China diperkirakan mengalami pemulihan yang pesat karena mulai membuka kembali perekonomian sepenuhnya untuk perdagangan, setelah lockdown ketat untuk memerangi Covid-19.

Kenyataannya, AS justru mencetak pertumbuhan ekonomi solid tahun lalu. Kamis (25/1), AS merilis PDB riil, yang memperhitungkan inflasi, naik 3,3% di kuartal empat. Di kuartal sebelumnya, PDB riil naik 4,9%. Inflasi juga mulai turun menuju 2%, sebagaimana target The Fed. 

Sebaliknya, China sedang berjuang menghadapi kehancuran sektor real estat di beberapa tahun terakhir dan laju deflasi terburuk dalam 25 tahun terakhir. Ekspor yang selama ini menjadi pilar penting pertumbuhan ekonomi China menurun pada tahun 2023. 

China juga mengalami lonjakan pengangguran kalangan generasi muda. Sementara, pemerintah daerah dibebani banyak utang.

Baca Juga: Konflik di Laut Merah Mengangkat Tarif Kapal Laut

Data pemerintah China menunjukkan perekonomian telah memenuhi target pertumbuhan tahunan 5,2% pada 2023. Akan tetapi, banyak pihak meragukan data tersebut

Editor: Avanty Nurdiana