KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Perusahaan milik investor kawakan Warren Buffett, Berkshire Hathaway melaporkan kinerja yang lebih lemah di berbagai bisnis utamanya. Lemahnya ekonomi Amerika Serikat (AS) turut menekan kinerja Berkshire. Inflasi tinggi dan persoalan tenaga kerja telah menekan bisnis asuransi Berkshire. Ini menyebabkan laba operasi Berkshire Hathaway turun 14% menjadi US$ 6,7 miliar pada kuartal keempat 2022, mengutip Bloomberg pada Minggu (26/2). Kendati demikian, Buffett mengingatkan kepada para investor untuk tetap percaya pada ekonomi AS. Meski laba operasional melorot, pendapatan operasional Berkshire justru mencapai rekor sebesar US$ 30,8 miliar di sepanjang 2022.
“Terlepas dari kegemaran warga kita untuk kritik diri dan keraguan diri, saya belum melihat saat yang masuk akal untuk membuat taruhan jangka panjang melawan ekonomi Amerika,” kata Warren Buffett, Ketua dan Kepala Eksekutif Berkshire Hathaway kepada para investor melalui surat elektronik.
Baca Juga: 3 Salah Langkah Warren Buffett yang Berujung Kerugian Besar Buffett telah lama mengidentifikasi kumpulan bisnisnya yang sangat banyak sebagai proksi kekuatan ekonomi AS. Oleh sebab itu, tak heran bila investor menyisir hasil atau komentar publiknya yang langka untuk mencari tanda-tanda prospek ekonomi AS. Meskipun langkah Federal Reserve sangat agresif memerangi inflasi namun mengancam kesuraman perekonomian, Buffett tetap optimis tentang ketahanan AS Bisnis kereta api Berkshire, BNSF, melaporkan pendapatan operasional sebesar US$ 1,5 miliar pada kuartal keempat 2022. Nilai itu turun dibandingkan dengan US$ 1,7 miliar dari periode sama tahun sebelumnya. Sementara itu, pendapatan underwriting asuransi turun menjadi US$ 244 juta dari US$ 372 juta. Prospek ekonomi AS dan bisnis Buffett sendiri telah menjadi topik pembicaraan publik. Sebab Buffett menghindari pernyataan kontroversial dalam komentar publik. Tapi tahun ini dia memutuskan untuk membahas topik yang semakin mendapat perhatian baik di panggung politik maupun aksi pembelian kembali saham alias buyback. “Ketika Anda diberi tahu bahwa semua pembelian kembali saham berbahaya bagi pemegang saham atau negara, atau sangat bermanfaat bagi CEO, Anda mendengarkan baik seorang yang buta ekonomi,” tulis Buffett. Komentar tersebut muncul setelah Presiden Joe Biden menyerukan anggota parlemen untuk melipatgandakan retribusi atas pembelian kembali saham perusahaan di samping pajak yang lebih besar pada miliarder. Berkshire sendiri telah melakukan buyback saham lebih sering karena valuasi yang tinggi di pasar publik. Perusahaan ini telah menghabiskan dana sekitar US$ 2,6 miliar untuk buyback dalam tiga bulan terakhir tahun 2022, sehingga total setahun penuh menjadi US$ 7,9 miliar.
Buffett juga memberikan ruang untuk membahas masa depan perusahaannya. Termasuk kemungkinan referensi tentang berapa banyak saham yang dimiliki penggantinya, Greg Abel. "Selain itu, CEO masa depan kita akan memiliki bagian signifikan dari kekayaan bersih mereka di saham Berkshire, yang dibeli dengan uang mereka sendiri," tulis Buffett. Komentar itu muncul setelah Abel mengakuisisi sekitar US$ 68 juta saham Berkshire akhir tahun lalu, beberapa bulan setelah dia menjual US$ 870 juta sahamnya di Berkshire Hathaway Energy.
Baca Juga: Warren Buffett Bisa Kaya Raya karena Hidup Hemat, Siapa Bisa Meniru? Editor: Khomarul Hidayat