KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) yang naik melebihi konsensus menandakan kemungkinan akan kenaikan suku bunga The Fed semakin besar. Hal ini tak hanya berdampak pada nilai tukar mata uang, namun juga ke indeks saham. Pekan lalu, inflasi AS di bulan Januari lalu tercatat mengalami kenaikan hingga 0,5%. Kenaikan ini lebih tinggi dibanding konsensus sebesar 0,3%. Tingginya kenaikan inflasi ini membuat probabilitas kenaikan suku bunga acuan The Fed semakin besar yang nantinya akan berpengaruh pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski begitu, Analis Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido melihat kemungkinan akan kenaikan suku bunga tersebut masih akan tergantung pada tingkat pengangguran (unemployment rate) di AS. "Jika bulan depan unemployment rate juga baik, kemungkinan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga Maret nanti akan semakin besar" ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/2).
Ekonomi AS membaik, capital outflow di pasar saham mungkin terjadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Inflasi Amerika Serikat (AS) yang naik melebihi konsensus menandakan kemungkinan akan kenaikan suku bunga The Fed semakin besar. Hal ini tak hanya berdampak pada nilai tukar mata uang, namun juga ke indeks saham. Pekan lalu, inflasi AS di bulan Januari lalu tercatat mengalami kenaikan hingga 0,5%. Kenaikan ini lebih tinggi dibanding konsensus sebesar 0,3%. Tingginya kenaikan inflasi ini membuat probabilitas kenaikan suku bunga acuan The Fed semakin besar yang nantinya akan berpengaruh pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Meski begitu, Analis Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido melihat kemungkinan akan kenaikan suku bunga tersebut masih akan tergantung pada tingkat pengangguran (unemployment rate) di AS. "Jika bulan depan unemployment rate juga baik, kemungkinan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga Maret nanti akan semakin besar" ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (17/2).