Terpengaruh sentimen perang dagang, AUD/USD direkomendasikan Jual



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bergantung pada perkembangan sentimen perang dagang dan data ekonomi Amerika Serikat (AS), pergerakan kurs AUD/USD diprediksi masih akan tertekan. Mengingat, negosiasi yang tengah dijalankan antara AS dengan China terkait perang dagang, berpeluang mempengaruhi negara mitra dagang China, seperti Australia.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengungkapkan, pergerakan AUD masih kental dipengaruhi negosiasi perang dagang, di mana ada beberapa klausul yang berpeluang merugikan China. Akibatnya, permintaan ekspor komoditas China ke Australia juga berpotensi terhadang.

Secara fundamental, ekonomi Australia juga masih tertekan angka inflasi dan potensi Bank Sentral Australia (RBA) untuk dovish terhadap kebijakannya ke depan. Sebaliknya, ekonomi AS saat ini justru cenderung bergerak positif usai laporan data ekonomi kuartal I-2019 yang tumbuh di atas ekspektasi pasar.


"Perbaikan ekonomi AS, menjadi risiko dari semua negara maju, seperti adanya pelambatan major currency," jelas Josua kepada Kontan, Selasa (30/4).

Untuk itu, Josua merekomendasikan shortsell untuk pasangan kurs AUD/USD dengan perkiraan support di level 0.704, sedangkan untuk resistance 0.706.

Sementara itu, Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, secara teknikal pasangan AUD/USD masih anjlok dan berada di level rendah. Cenderung konsolidasi lemah maka untuk jangka menengah berada di bawah 0.740 dan menguji level 0.680. Sedangkan untuk jangka pendek masih akan rebound dengan kecenderungan oversold.

Wahyu merekomendasikan untuk Sell in strength AUD/USD dengan kecenderungan masih akan turun, dengan level support 0.698 - 0.694 - 0.688, sedangkan untuk level resistance 0.714 - 0.718 - 0.725.

"Selain terdampak sentimen perang dagang China dan isu komoditas, secara moneter AUD juga kurang bagus di mana suku bunga acuan RBA berpotensi untuk dipangkas, disertai inflasi yang melemah," jelas Wahyu kepada Kontan, Rabu (1/5).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli