Ekonomi AS mulai melambat terpukul perang dagang



KONTAN.CO.ID - BENGALURU. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) akan melambat selama kuartal-kuartal mendatang setelah menyentuh tertinggi dalam empat tahun terakhir pada periode April-Juni 2018 lalu.  Hasil jajak pendapat ekonom yang dilakukan Reuters menyebutkan,  perang dagang yang dikobarkan Presiden Donald Trump akan menimbulkan gangguan bagi ekonomi AS.

Didorong efek paket pemotongan pajak senilai hingga  US$ 1,5 triliun yang disahkan akhir tahun lalu, ekonomi AS tumbuh  4,1% pada kuartal II 2018 lalu. Ini kinerja terkuat dalam hampir empat tahun terakhir.

Tapi jajak pendapat terbaru dari lebih dari 100 ekonom yang dilakukan pada 13-21 Agustus 2018 menunjukkan, ekonomi AS akan kehilangan momentum dalam kuartal mendatang dan juga pada akhir tahun depan. Pada kuartal saat ini atau kuartal III 2018, ekonomi AS diperkirakan tumbuh 3%, kemudian akan tumbuh 2,7% di tahun 2019.


Dorongan jangka pendek pertumbuhan ekonomi dari kebijakan pemotongan pajak di AS diperkirakan mulai berkurang. Para ekonom memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi di sebagian besar kuartal pada tahun depan lantaran ekonomi AS rentan terhadap konflik perdagangan dengan China.

Philip Marey, ahli strategi di Rabobank mengatakan, langkah-langkah perdagangan yang diambil oleh AS sejauh ini dan pembalasan oleh pemerintah negara lain mungkin akan memperlambat sedikit pertumbuhan ekonomi.

"Namun, itu bisa berubah dalam kasus perang perdagangan global dimana berbagai negara asing mengambil langkah-langkah proteksionis yang ditujukan ke AS," kata Marey.

Hampir dua pertiga dari 56 ekonom mengatakan mereka telah mempertimbangkan dampak dari perang perdagangan yang meluas dalam prediksi pertumbuhan ekonomi AS.

Sebanyak 20 ekonom menyatakan, untuk saat ini sengketa perdagangan tidak memiliki pengaruh pada perkiraan mereka soal ekonomi AS. Namun, mereka menggarisbawahi bahwa risiko downside ke prospek pertumbuhan ekonomi AS jika ketegangan perdagangan semakin dalam.

“Pada saat ini, dengan apa yang kita tahu dan yakini, risiko terhadap prospek ekonomi AS adalah sisi negatif dari perselisihan perdagangan. Meskipun demikian, kami belum secara substansial menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi AS. Efek lebih lanjut tentu bisa mengubah pandangan kami,“kata Sam Bullard, ekonom senior Wells Fargo.

Soal pendapat Trump yang mengatakan bahwa kenaikan tarif perdagangan ini akan menguntungkan perekonomian AS, tidak ada ekonom yang disurvei oleh Reuters yang sependapat dengan pandangan itu.

Semua tarif yang dikenakan dan tindakan pembalasan sampai sekarang sebagian besar terbatas pada mesin industri China, komponen elektronik dan barang setengah jadi lain. Dan itu hanya memiliki dampak terbatas pada perekonomian AS.

Namun, pemberlakukan tarif berikutnya yang direncanakan pada akhir September 2018 ditujukan untuk produk-produk konsumen dan kemungkinan akan berdampak negatif pada ekonomi secara keseluruhan karena belanja konsumen berkontribusi lebih dari dua pertiga produk domestik bruto (PDB) AS.

Meski akan melambat, namun kemungkinan ekonomi AS akan masuk resesi sangat kecil. Dari jajak pendapat tersebut, hanya satu dari 100 ekonom yang disurvei memprediksikan resesi ekonomi AS pada tahun 2020.

Meskipun ada risiko yang berasal dari perang dagang, Bank Sentral AS atau The Federal Reseeve diperkirakan akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September 2018 dan sekali lagi pada bulan Desember 2018, sehingga mengambil tingkat suku bunga akan menjadi 2,25%-2,50% pada akhir 2018.

Untuk tahun depan, ekonom memperkirakan The Fed akan mengerek dua kali kenaikan suku bunga.  "Impuls yang memudar dari kebijakan fiskal dan dampak dari ketidakpastian perdagangan adalah cerita di tahun 2019. Sementara The Fed akan fokus pada bagaimana melacak hari ini dan bagaimana kondisi keuangan berkembang sekarang," tulis ekonom Morgan Stanley.

Editor: Khomarul Hidayat