Ekonomi AS terpapar penghentian pemerintah



KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan anggota Partai Republik tidak menemui kata sepakat dengan Partai Demokrat dalam pembahasan anggaran pemerintahan federal AS hingga Jumat malam (19/1). Pelayanan pemerintahan AS pun tutup (shutdown) lantaran tidak ada anggaran untuk menjalankan pemerintahan.

Efeknya, para pekerja federal AS pada lembaga-lembaga yang dianggap tidak esensial akan diberhentikan sementara waktu tanpa mendapat gaji. Sedangkan pegawai pada sektor yang esensial seperti keamanan nasional dan militer tetap bekerja seperti biasa, namun tanpa memperoleh gaji.

Seperti diberitakan Reuters, Sabtu (20/1), Partai Demokrat dalam negosiasinya menginginkan anggaran jangka pendek yang diajukan Trump mencakup anggaran perlindungan imigran yang disebut "dreamers". Dreamers merupakan sebutan bagi imigran belia program Deffered Action for Childhood Arrivals (DACA).


Penutupan pemerintahan ini akan terjadi hingga tercapai 60% dukungan suara dari anggota Senat AS. "Banyak karyawan departemen non esensial mendapat cuti, dan akan mendapat gaji kemudian," tutur Neil Dutta, Kepala Ekonomi AS pada Renaissance Macro Research seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (20/1).

Barclays Plc memperkirakan penutupan atau shutdown pemerintahan AS akan mencukur 0,1% dari produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam di kuartal ini. Sepanjang tahun 2018, Pemerintah AS memprediksi PDB meningkat sebesar 2,8% dibandingkan tahun 2017.

Reaksi bursa saham

Sebagai gambaran juga, pada Oktober 2013 lalu kala penutupan pemerintahan AS juga pernah terjadi, indeks S&P 500 turun sebanyak 2%. Namun berdasarkan penelitian dari LPL Financial Reseaech, dalam rentang 42 tahun terakhir saat terjadi 18 shutdown pemerintahan, imbal hasil rata-rata S&P pada saat shutdown tersebut terjadi sebesar 0%.

"Meski peristiwa shutdown terdengar menakutkan, namun secara historis di pasar bursa kondisinya tidak seseram seperti yang dibayangkan," tutur Ryan Detrick, Chief Market Strategist LPL Financial Research.

Ucapan Detrick diamini Scot Lance, Managing Director California Titus Wealth Management. Dia mengatakan, pada masa lalu, penutupan pemerintahan AS terjadi dalam rentang waktu 2 hari–3 hari dan itu tidak memberikan pengaruh apa-apa. Justru dia menyarankan investor mengambil peluang bila ada saham bagus yang harganya turun karena sentimen shutdown itu. "Jika ada koreksi, silahkan beli," tutur Lance.

Seorang ekonom AS Alec Philips juga mengingatkan, terdapat risiko ekonomi dan pasar keuangan yang cukup tinggi pada Februari mendatang karena adanya sejumlah utang yang jatuh tempo. "Pasar cenderung mengabaikan shutdown, sepanjang deadline utang jatuh tempo tidak disinggung," tutur Philips.

Editor: Wahyu T.Rahmawati