KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Ekonomi Amerika Serikat (AS) tercatat tumbuh 5% di kuartal ketiga 2023. Pertumbuhan ini didorong oleh tingginya upah tenaga kerja sehingga menyebabkan belanja konsumen masyarakat AS meningkat. Permintaan konsumtif yang meningkat ini ikut mengerek kinerja bisnis perusahaan di AS. Dikutip dari Reuters, ini menjadi laju pertumbuhan ekonomi AS tercepat dalam periode dua tahun terakhir. Biro Analis Ekonomi Departemen Perdagangan AS mengestimasi pertumbuhan produk domestik bruto pada kuartal III-2023 didorong oleh rebound segmen properti, setelah sebelumnya mengalami kontraksi selama sembilan kuartal/triwulan. Pertumbuhan belanja konsumen menyumbang lebih dari dua pertiga aktivitas ekonomi AS, pertumbuhannya melaju sebesar 4% di kuartal ketiga, dari sebelumnya yang hanya tumbuh 0,8% di kuartal kedua tahun ini.
Hal ini menambah pertumbuhan PDB 2,69%, dan didorong oleh belanja barang dan jasa. Pertumbuhan upah meningkat lebih cepat daripada inflasi, ini kemudian mengerek daya beli rumah tangga.
Baca Juga: Wall Street Ditutup Melemah, Terseret Data Pendapatan yang Beragam dan Data yang Kuat Namun, kenaikan pajak pribadi mengakibatkan pendapatan rumah tangga turun 1%. Hal ini memaksa masyarakat mengeluarkan tabungannya untuk mendanai kebutuhan konsumtif, dan menyebabkan tingkat tabungan turun menjadi 3,8% di kuartal ketiga dari sebelumnya 5,2% di kuartal kedua. Saham-saham di Wall Street jatuh. Dolar menguat terhadap beberapa mata uang asing, sementara imbal hasil obligasi AS turun. Ekonomi AS masih diproyeksikan melambat pada kuartal keempat tahun ini karena adanya pemogokan United Auto Worker, dan pembayaran cicilan pinjaman mahasiswa oleh jutaan orang Amerika, serta efek dari kenaikan suku bunga. Para ekonom menyebut efek inflasi juga mendasari dari kemungkinan terjadinya perlambatan di kuartal keempat. Ekonom Boston College, Brian Bethune menyebut pasca pandemi banyak bias negatif tentang resesi ekonomi yang akan segera terjadi dan inflasi yang terus menerus.
Ekonomi Masih Melambat
Menurunnya tingkat tabungan masyarakat AS disebabkan banyaknya mahasiswa menggunakan dana tabungannya untuk membayar pinjaman mereka pada bulan Oktober yang diperkirakan sebesar US$ 70 miliar atau sekitar 0,3% dari pendapatan pribadi yang dibelanjakan. Hal ini membuat para konsumer yang berpenghasilan rendah semakin mengandalkan utang untuk mendanai belanjanya. Pinjaman yang tinggi ini meningkatkan tunggakan kartu kredit bank.
Baca Juga: Wall Street Tak Berdaya: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Kembali Ditutup Melemah Beberapa ekonom melihat perlambatan tajam akan segera terjadi. Namun sebagian pihak tidak terlalu khawatir, karena ekonom menyebut pengeluaran tidak bergantung pada kredit, melainkan pada pasar tenaga kerja yang kuat dan insentif pemerintah selama pandemi. "Masih terlalu dini untuk menganggap remeh pertumbuhan yang lebih lambat, terutama setelah tiga kuartal aktivitas ekonomi yang secara konsisten lebih kuat dari perkiraan," kata Chris Low, kepala ekonom di FHN Financial di New York. Departemen Tenaga Kerja menyebut klaim awal untuk tunjangan pengangguran negara bagian naik 10.000 menjadi 210.000 per 21 Oktober. Jumlah orang yang menerima tunjangan setelah minggu awal bantuan meningkat 63.000 menjadi 1,790 juta per 14 Oktober, tertinggi sejak awal Mei. Para ekonom memperkirakan hal ini merupakan fenomena dimana para pengangguran mengalami masa menganggur yang lebih lama. Sementara itu Kinerja bisnis AS yang mengandalkan impor untuk mengisi ulang stok persediaan telah menghasilkan defisit perdagangan kecil yang memberikan sedikit hambatan pada pertumbuhan PDB. Akumulasi impor naik US$80,6 miliar dan memberikan kontribusi 1,32% terhadap pertumbuhan PDB. Di luar persediaan dan perdagangan, ekonomi AS tumbuh pada tingkat 3,5% yang solid.
Kontributor PDB
Pertumbuhan PDB kemungkinan tidak berdampak pada kebijakan moneter jangka pendek di tengah lonjakan imbal hasil obligasi AS dan aksi jual pasar saham baru-baru ini, yang telah mengetatkan kondisi keuangan. Tekanan harga yang mendasari mereda lebih lanjut, dengan indeks harga untuk pengeluaran konsumsi pribadi tidak termasuk makanan dan energi naik pada tingkat 2,4%. Ini adalah laju paling lambat sejak kuartal keempat tahun 2020. Bank sentral AS diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu depan. The Fed telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 525 basis poin ke kisaran 5,25% hingga 5,50% sejak Maret tahun lalu. "Dari sudut pandang the Fed, hanya ada sedikit hal yang menunjukkan perlunya mulai menurunkan suku bunga, dan ini juga tidak menunjukkan perlunya menaikkan suku bunga lagi," kata Richard de Chazal, analis makro di William Blair di London.
Editor: Herlina Kartika Dewi