Ekonomi bisa tumbuh 6,4% di semester kedua



JAKARTA. Banyak yang khawatir pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melemah pada semester kedua tahun ini. Maklum, dampak krisis global yang sumbernya dari krisis Eropa, bakal makin terasa.

Namun, Bank Indonesia (BI) tetap yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak akan terperosok dalam pada semester kedua tahun ini. Bahkan, BI memprediksi, di paruh kedua nanti ekonomi kita akan tumbuh 6,4%.

Menurut Perry Warjiyo, Direktur Eksekutif Direktorat Riset Ekonomi dan Kebijakan Moneter BI, penopang pertumbuhan ekonomi tetap dari konsumsi yang masih tinggi, serta investasi. Adapun kontribusi ekspor akan sedikit melemah.


Tapi, seberapa besar efek krisis global ke Indonesia tergantung dampak krisis global ke China dan India. Bila kedua negara itu terguncang, efeknya ke Indonesia bisa jadi cukup besar.

Sebab, China dan India merupakan pasar ekspor yang besar bagi Indonesia. "Kisarannya pertumbuhan ekonomi di semester dua, sekitar 6,3%-6,7%. Memang ada kecenderungan akan berada di 6,4%. Ini tergantung dampak ekonomi global ke Eropa, China, dan India," ujar Perry, kemarin (22/6).

Wakil Presiden Presiden Boediono juga optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan bergerak positif meski di tengah ketidakpastian ekonomi global. Terbukti, ekonomi Indonesia tetap tumbuh di atas 6% kendati dibayangi krisis ekonomi dunia.

Sebelumnya, sejumlah ekonomi memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di paruh kedua 2012 berkisar 6,1%-6,3%. Direktur Indef Enny Sri Hartati memperkirakan, pada semester dua nanti ekonomi Indonesia tumbuh lebih lambat, sebab kinerja ekspor masih mengalami tekanan akibat penurunan permintaan dunia.

Ekonom Samuel Sekuritas Lana Soelistyaningsih menambahkan, untuk bisa menjaga ekonomi tetap tumbuh, perlu dukungan dari pemerintah. "Belanja modal dan belanja infrastruktur harus dipercepat," katanya. Jika tidak, ekonomi Indonesia hanya akan tumbuh sekitar 6,1% pada tahun ini. Lana juga menekankan pentingnya konsumsi domestik. Tapi, ia yakin, meski ekonomi dunia melambat konsumsi masih cukup kuat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Edy Can