Ekonomi China



Tahukah Anda, di China ada hari khusus buat para jomblo? Hari bagi para jomblo ini, dalam bahasa aslinya disebut Guanggun Jie, atau Single's Day dalam bahasa Inggris, diperingati setiap tanggal 11 November. Kenapa 11 November? Karena dalam penulisan numerik, 11 November ditulis 11/11, yang dianggap merepresentasikan individu yang berdiri sendiri.

Single's Day ini dianggap merupakan kebalikan dari Valentine Day. Selain itu, hari para jomblo ini juga menjadi spesial lantaran hari tersebut menjadi festival belanja, baik offline maupun online. Penggagas tanggal 11/11 menjadi hari belanja di China ada Jack Ma, pendiri kerajaan bisnis Alibaba.

Mirip dengan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) di Indonesia, para peritel di China memberikan berbagai promo bagi konsumen yang berbelanja pada tanggal tersebut, terutama bila si konsumen jomblo. Pada Single's Day di 2017 silam, Alibaba.com berhasil meraup pendapatan 168,2 miliar yuan, atau setara US$ 25,4 miliar.


Tahun ini, Alibaba berniat memecahkan rekor tersebut. Di satu jam pertama 11/11 tahun ini, Alibaba sukses mencetak penjualan 67 miliar yuan, atau setara hampir US$ 10 miliar. Sampai tengah hari, penjualan Alibaba sudah mencapai 149 miliar yuan, sekitar US$ 21,5 miliar.

Para pengamat melihat hal ini sebagai sinyal positif bagi ekonomi negeri asal kungfu tersebut. Hal ini dianggap sebagai indikasi bahwa permintaan dan daya beli masyarakat di China masih cukup tinggi, meski negara tersebut masih terjebak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS). Apalagi, para pengamat yakin pemerintah China akan menerapkan berbagai stimulus demi menjaga pertumbuhan ekonomi.

Hal ini juga akan menjadi sentimen positif bagi negara-negara di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Selama ini, sentimen negatif perang dagang ikut mempengaruhi pasar finansial negara-negara di kawasan Asia. Apalagi, banyak negara di Asia menjadi mitra dagang China.

Berkurangnya kekhawatiran terhadap efek perang dagang memang mulai terasa belakangan ini. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS juga menguat. Kamis lalu (8/11), kurs rupiah sempat mencapai Rp 14.539 per dollar AS. Di Jumat, kurs rupiah sedikit melemah jadi Rp 14.678.

Di sisi lain, masih besarnya permintaan dan daya beli masyarakat di China membuka peluang bagi mitra dagang China untuk memperbesar pasar di sana. Indonesia bisa memanfaatkan hal ini untuk memperbaiki neraca dagang.•

Harris Hadinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi