KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas logam industri kian terpuruk. Industri logam tersendat seiring sikap hawkish The Fed dan memburuknya situasi perekonomian China. Mengutip harga di London Metal Exchange (LME), Jumat (18/8) harga Tembaga kontrak 3 bulan di LME berada pada level US$ 8.235 per ton. Harga Timah LME di US$ 25.305 per ton, Aluminium LME di US$ 2.145 per ton, sementara nikel di US$ 20.277 per ton. Pengamat Komoditas Lukman Leong mencermati, pergerakan harga logam industri belakangan ini tertekan oleh kekhawatiran akan perlambatan ekonomi China, setelah serangkaian data ekonomi Tiongkok lebih lemah dari harapan.
Indikator penting ekonomi China yaitu
output industri hanya naik 3,7% di bulan Juli, melambat dari kenaikan 4,4% pada Juni dan di bawah perkiraan 4,4%. Penjualan ritel China juga meningkat sebesar 2,5% YoY pada Juli 2023, namun melambat dari pertumbuhan 3,1% YoY pada bulan Juni dan meleset dari perkiraan pasar sebesar 4,5% YoY.
Baca Juga: Harga Tembaga Berada di Jalur Penurunan Mingguan, Dipicu Data China dan Suku Bunga AS Selain itu, Bank Sentral China (PBOC) pada Selasa (15/8) memangkas suku bunga 15 bps menjadi 2.50% untuk kedua kalinya dalam tiga bulan terakhir. Hal ini terjadi setelah Negeri Tirai Bambu tersebut melaporkan deflasi untuk pertama kalinya sejak 2021. Lukman menambahkan, penguatan dolar AS belakangan ini juga menekan harga komoditas logam. Dolar yang kuat membuat komoditas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Proyeksi suku bunga The Fed yang akan bertahan lama di level tinggi memburamkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia dan turut menekan harga komoditas logam. Sementara, faktor pasokan dinilai tidak terlalu mempengaruhi penurunan harga komoditas logam industri akhir-akhir ini. “Permintaan dan ekspektasi akan permintaan ke depan yang menekan harga komoditas logam industri belakangan ini,” jelas Lukman saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (18/8). Mengutip Trading ecpo Menurut Lukman, prospek harga logam industri yakni aluminium, tembaga, nikel, timah setidaknya masih akan suram hingga akhir tahun. Sentimen utama masih dari China sebagai ekonomi kedua terbesar dan konsumen komoditas terbesar dunia.
Baca Juga: Meski Menyusut, Surplus Neraca Dagang Tetap Menyokong Ketahanan Eksternal Permintaan logam industri diproyeksikan baru akan pulih di tahun depan, ketika tekanan inflasi sudah mereda dan bank sentral menurunkan suku bunga. Namun, sebenarnya tidak ada sentimen yang begitu mempengaruhi harga masing-masing logam dari sisi pasokan dan permintaan. Terkhusus Nikel, kemungkinan suplai di tahun depan akan meningkat seiring dengan beroperasinya smelter-smelter di Indonesia. Sedangkan, Tembaga masih akan didukung oleh kekhawatiran kurangnya pasokan jangka panjang oleh permintaan dari transisi ke teknologi energi terbarukan. Lukman memperkirakan harga Aluminium bakal berada di kisaran US$ 2.000 per ton di akhir 2023. Sementara itu, harga Tembaga di sekitar US$8.000 per ton, Timah di sekitar US$ 24.000 per ton, dan Nikel di kisaran US$20.000 per ton pada akhir tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .