Ekonomi China dan Eropa seret harga logam



JAKARTA. Masa depan harga komoditas logam industri semakin suram setelah China kembali melakukan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi di tahun 2015. Diduga keadaan belum akan membaik hingga penghujung tahun mendatang. Mengutip Bloomberg, Selasa (14/7) pukul 12.26 WIB harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menurun 0,4% ke level US$ 1.705 per metrik ton. Harga ini sudah tergerus 6,93% sejak awal tahun lalu (year to date).

Tidak jauh berbeda, harga timah pun menukik 0,7% di level US$ 14.525 per metrik ton dengan kemerosotan tertajam sejak awal tahun (year to date) sebesar 26,06%. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka menuturkan dengan dugaan bahwa PDB China kuartal dua 2015 merosot menjadi 6,9% dari sebelumnya 7% semakin menegaskan buruknya keadaan ekonomi negeri tirai bambu ini. Sebelumnya, IMF telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi China 2015 hanya 6,8%. “Bukan tidak mungkin, memasuki ujung kuartal tiga nanti IMF akan kembali merevisi proyeksi tersebut hingga 6,7% atau 6,5%,” kata Ibrahim.

Jika itu benar terjadi, maka resesi yang melanda China cukup untuk membuat masa depan komoditas logam industri kian suram. Diduga ekspansi ekonomi di China masih akan lesu menyusul catatan bahwa sejak pertengahan Juni 2015 lalu, dana asing yang ditarik dari bursa China sudah sebesar US$ 4 triliun.


Belum berhenti di situ, industrial production China Juni 2015 juga diprediksi akan turun dari sebelumnya 6,1% menjadi hanya 6,0%. Ini akan mematikan harapan menggeliatnya ekonomi China di kuartal tiga dan empat 2015. Tentunya ini menggerus permintaan aluminium dan timah baik untuk industri maupun properti. Di tengah tipisnya harapan dari China, pasar pun masih pesimistis dengan nasib Eropa. Jika pada Rabu (15/7) parlemen Yunani menyatakan bersedia untuk mengabulkan permintaan kreditur yakni menaikkan pajak, memotong gaji PNS dan pensiunan serta memiliki hak veto dalam parlemen maka euro masih akan terus terseret. Beban ekonomi yang datang dari dana talangan bagi Yunani masih akan menghantui mata uang zona Eropa tersebut. "Pasar akan menanti hingga Senin (20/7) mendatang," kata Ibrahim. Itu akan menjadi momentum apakah Yunani akhirnya bisa menepati pembayaran utangnya ke European Central Bank atau akan mangkir lagi. Harga komoditas saat ini terhimpit oleh sentimen negatif yang datang dari China dan Eropa. Sehingga diprediksi sulit untuk bangkit dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan