KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perdana Menteri China Li Keqiang telah mendesak pejabat pemerintah daerah untuk melakukan segala kemungkinan guna menjaga pertumbuhan ekonomi negara tersebut tetap berada di jalurnya. Hal ini makin menguatkan sinyal bahwa Beijing semakin khawatir pada perlambatan ekonomi yang lebih dalam dari yang diperkirakan sebelumnya di tengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
Baca Juga: Kian mahal, harga daging babi di China meroket 69,3% pada September Dilansir dari
South China Morning Post Li mengatakan kepada lima gubernur provinsi di China bahwa para pejabat di daerah harus meningkatkan kewaspadaan dan tanggung jawabnya untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang stabil. "Tekanan pada ekonomi yang terus meningkat, dan banyak entitas ekonomi di sektor riil yang harus berjuang di tengah permintaan domestik yang kian lemah," kata Li. Dia menambahkan pihak berwenang setempat harus melakukan segala yang mereka bisa untuk memastikan target pertumbuhan ekonomi untuk tahun ini bisa tercapai. Li juga mengatakan kepada para gubernur dari provinsi Shaanxi, Jiangsu, Henan, Hubei dan Guangdong bahwa para pejabat harus memperkuat pemikiran mereka - jargon Partai Komunis yang menggambarkan perlunya mempertimbangkan skenario terburuk dan mengambil langkah untuk menghindarinya. Pidato utama adalah pertama kalinya pemerintah menyarankan target setahun penuh - termasuk tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) minimum 6 persen - berisiko terabaikan. Pesan hari Senin mewakili pembacaan yang lebih pesimistis dari situasi ekonomi Tiongkok dibandingkan dengan pernyataan sebelumnya dari pemerintah.
Baca Juga: China tetapkan nilai tengah yuan di level terkuat dalam sebulan terakhir Kondisi ekonomi China memang tengah tertekan. Angka pertumbuhan PDB negara ini pada kuartal ketiga diperkirakan akan menunjukkan perlambatan lebih lanjut dari posisi pada kuartal kedua yang sebesar 6,2%. Perang dagang antara Washington dan Beijing telah mengurangi kepercayaan konsumen dan melukai bisnis di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini. Selain itu, ekspor Cina menyusut 3,2% pada September dari periode yang sama pada tahun lalu. Sementara sisi impornya, berkontraksi 8,5% alias makin lemah dari posisi Agustus yang minus 5,6%.
Baca Juga: Negosiasi dagang belum membuahkan hasil, bursa Wall Street tergelincir Editor: Tendi Mahadi