Ekonomi China lemah, CPO lunglai



JAKARTA. Harga minyak kelapa sawit alias crude palm oil (CPO) tertekan. Perlambatan ekonomi yang membayangi China telah meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap permintaan CPO dari Negeri Panda tersebut. Maklum, China merupakan salah satu konsumen terbesar CPO dunia selain India.

Harga CPO untuk kontrak pengiriman September 2013 di Bursa Malaysia, Rabu (26/6) pukul 16.40 WIB, melemah 1,07% menjadi RM 2.386 per ton dibanding sehari sebelumnya. Jika dihitung selama sepekan, harga CPO sudah melemah sebesar 3,49%.

Goldman Sachs Group Inc dan China International Capital Corp (CICC), pekan ini, menurunkan proyeksi pertumbuhan China. Goldman memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi China di 2013 dari 7,8% menjadi 7,4%. Sementara, CICC memangkas proyeksi pertumbuhan China tahun 2013 dari 7,7% menjadi 7,4%.


Ekspor CPO dari Malaysia di bulan Juni yang meningkat, nyatanya tidak mampu mengangkat harga CPO. Intertek menyebutkan, pengiriman CPO Malaysia naik 9,6% menjadi 1,17 juta ton pada 25 hari pertama bulan Juni ini dibanding periode sama bulan lalu.

Juni Sutikno, analis Philip Futures bilang, selain mendapatkan tekanan dari China, saat ini harga CPO juga mendapat tekanan besar dari pernyataan The Fed yang kemungkinan besar akan mengurangi program stimulus moneter di tahun ini. Sentimen tersebut telah membuat harga sejumlah komoditas utama dunia, termasuk CPO, tertekan.

Sarat tekanan turun

Tekanan lain juga datang dari harga komoditas pengganti CPO, seperti minyak kedelai yang melandai. Harga minyak kedelai yang lebih murah membuat pembeli lebih memilih minyak kedelai ketimbang CPO.

Juni mengatakan, sebenarnya saat ini CPO mendapatkan sentimen positif dari meningkatnya jumlah permintaan CPO khususnya menjelang Ramadan pada bulan depan. Namun, itu masih kalah kuat dibandingkan tekanan harga dari proyeksi perlambatan ekonomi China dan percepatan penghentian program stimulus moneter di AS.    

Ariston Tjendra, analis Monex Investindo Futures memperkirakan, kemungkinan besar penurunan harga CPO akan berlangsung agak lama. Harga CPO sudah keluar dari bullish channel, sehingga tren rebound sudah berakhir. Harga CPO masih berpotensi turun lagi ke level RM 2.340 per ton. "Jika level itu tertembus, maka harga akan berlanjut untuk koreksi," kata Ariston.

Secara teknikal, Ariston mengatakan, pergerakan mingguan harga CPO masih menunjukkan pelemahan terbatas. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif dan bergerak terbuka ke atas, menunjukkan harga CPO bisa menguat. Namun, stochastic menunjukkan ada potensi tekanan turun. Relative strength index (RSI) 14 hari berada di level 46 dan menandakan penurunan.    

Proyeksi Ariston, selama sepekan ke depan, harga CPO melemah di kisaran RM 2.340-RM 2.500 per ton. Prediksi Juni, harga  CPO sepekan depan akan melemah di RM 2.300- RM 2.400 per ton.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini