KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Data ekonomi positif dari Inggris di akhir pekan lalu berhasil membuat poundsterling unggul atas mata uang utama lainnya. Jumat (3/11), pasangan GBP/USD melesat 0,14% menjadi 1,3077. Serupa, GBP/JPY pun terbang 0,11% ke level 149,167.
Pairing EUR/GBP juga terkikis 0,56% jadi 0,8877. Pekan lalu, data ekonomi yang datang dari Inggris cukup positif. Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur di Oktober tercatat naik menjadi 56,3. Padahal pasar memperkirakan indeks ini turun ke 55,8. Data PMI sektor jasa Oktober di Inggris juga memuaskan. Alih-alih turun ke level 53,3 seperti perkiraan konsensus analis, indeks ini malah menguat ke level 55,6.
Di sisi lain, keputusan Bank of England mengerek suku bunga acuan untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir sempat membuat laju GBP terhambat. Seperti diketahui, Kamis (2/11) tujuh dari sembilan anggota Monetary Policy Committee sepakat menaikkan suku bunga acuan 25 basis poin menjadi 0,50%. Kenaikan suku bunga acuan ini dilakukan lantaran BoE khawatir ekonomi Inggris terlalu panas. Mengingat inflasi Inggris di September melonjak ke 3%, yang adalah level tertinggi dalam lima tahun. Walaupun unggul atas dollar Amerika Serikat (AS), Research & Analyst Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra yakin, penguatan GBP hanya sementara. "Penguatan GBP tidak banyak dan bersifat menguat terbatas," jelas dia, Jumat (3/11). Apalagi, data dari Negeri Paman Sam jauh lebih signifikan bagi pairing GBP/USD. Selasa (7/11) nanti, Gubernur The Fed Janet Yellen juga akan menyampaikan pidato. Dari sini, pelaku pasar berharap ada sinyal soal arah suku bunga bank sentral AS ini. Karena itu, Putu memprediksi, pasangan GBP/USD bakal berbalik arah. "Pasar kecewa terhadap potensi kenaikan suku bunga Inggris selanjutnya," kata Putu. Maklum saja, pidato Gubernur BoE Mark Carney pekan lalu cenderung bernada
dovish. Sementara itu, tekanan pada euro membuat nilai tukar euro mengungguli poundsterling. Pelaku pasar masih mengkhawatirkan rencana Gubernur European Central Bank (ECB) Mario Draghi yang ingin memperpanjang rencana tapering, dengan memangkas pembelian aset hingga setengahnya. Draghi sebelumnya menjanjikan, program tapering bakal membeli 60 miliar hingga September 2018. Namun korting setengah harga menjadi 30 miliar berpotensi buat program tappering ini menjadi lebih lama. Namun Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono melihat, tekanan besar justru ada pada poundsterling. Saat ini GBP masih dibayangi negosiasi Brexit. Karena itu, dia meramal, pasangan EUR/GBP masih menguat di awal pekan ini.
Sementara itu, keunggulan GBP atas JPY, menurut Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf, karena adanya aksi ambil untung. Sebelumnya, posisi yen sudah menguat terlalu tinggi di hadapan poundsterling. Mata uang Inggris ini juga masih dibalut sentimen negatif. Pelaku pasar ragu sudah ada titik cerah pada perundingan Brexit. Bahkan Alwi memperkirakan, perundingan ini tidak akan kelar hingga batas waktu tahun 2019. Namun, ia masih melihat ada potensi GBP unggul di awal pekan ini. "Apalagi belum ada kebijakan signifikan dari Bank of Japan (BoJ) ataupun pemerintah Jepang setelah Shinzo Abe kembali memenangkan pemilu dan menjadi perdana menteri untuk ketiga kalinya," ujar Alwi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati