Ekonomi dan konsumsi



Sepertinya cukup banyak berita gembira terkait keuangan keluarga di awal tahun ini. Beberapa dari Anda mungkin ada yang telah atau akan menerima bonus kerja di awal tahun. Jumlahnya mungkin lebih besar daripada gaji, atau mungkin lebih kecil. Yang pasti, pemasukan keluarga bertambah.

Kabar baik lain buat keuangan keluarga, terutama kalau Anda adalah aparatur sipil negara (ASN), pemerintah berniat membayarkan tunjangan hari raya (THR) dan gaji ke-13 ASN pada Mei nanti. Bahkan, ASN yang baru bekerja satu bulan pun akan mendapat THR.

Saat ini, pemerintah memang masih berupaya merampungkan penyusunan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pemberian Tunjangan Hari Raya 2019 dan Gaji ke 13. Beleid ini ditargetkan rampung sebelum pelaksanaan pemilihan presiden pada 17 April nanti.


Terlepas dari apakah keputusan pemerintah ini bersifat politis atau tidak, kebijakan ini bakal membantu mendongkrak daya beli masyarakat. Ujung-ujungnya, diharapkan ekonomi juga ikut tumbuh.

Apalagi, orang Indonesia memang doyan belanja, doyan mengonsumsi. Saat banyak ekonom, baik di dalam negeri sampai di luar negeri, mengkhawatirkan perlambatan ekonomi global, para konsumen di Indonesia malah optimistis.

Rabu lalu (20/2), Nielsen mengumumkan, berdasarkan riset yang mereka lakukan, Indonesia saat ini menempati peringkat ketiga terkait Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Tingkat optimisme konsumen di kuartal empat 2018 mencapai level 127, naik satu poin dibanding kuartal sebelumnya.

Sekadar info, indeks ini menggambarkan optimisme konsumen terhadap sejumlah indikator ekonomi dalam 12 bulan ke depan. Salah satu indikatornya adalah keinginan berbelanja. Nielsen mencatat, 63% konsumen yang disurvei menilai 12 bulan ke depan adalah waktu yang baik untuk berbelanja.

Para ekonom memang meyakini, konsumsi masyarakat akan menjadi salah satu pendorong utama ekonomi Indonesia tahun ini. Apalagi, ekspor impor masih belum bisa diandalkan. Defisit neraca berjalan juga masih cukup lebar.

Jadi, strategi pemerintah mendorong ekonomi dengan menggenjot daya beli masyarakat cukup jitu. Tapi, harus diingat, ini bukan solusi jangka panjang.

Pemerintah juga perlu memperhatikan daya saing industri dalam negeri. Selain itu, perlu ada strategi mumpuni untuk memperbaiki neraca berjalan Indonesia.♦

Harris Hadinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi