KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah sepanjang pekan lalu bergerak tipis melawan dolar Amerika Serikat (AS). Dalam lima hari perdagangan, rupiah melemah tiga hari beruntun dan menguat dua hari. Pada perdagangan Jumat (8/4), rupiah spot ditutup di level Rp 14.362 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara rupiah Jisdor melemah 0,04% ke Rp 14.365 per dolar AS. Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan Indeks dolar menguat seiring dengan prospek kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve di pertemuan 3-4 Mei mendatang.
Baca Juga: Dolar AS Makin Perkasa di Tengah Potensi Agresif The Fed Menahan Inflasi "Kenaikan
rate hampir dipastikan lebih besar dari pertemuan sebelumnya. Hal inilah yang mencoba membentuk zona atas baru indeks dolar di level 100," kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (8/4). Menurut Nanang reli indeks dolar ini akan berdampak terhadap pergerakan rupiah ketika kebijakan tersebut telah terealisasi dan rupiah berpotensi melemah mendekati level Rp 14.400 per dolar AS-Rp 14.600 per dolar AS. "Namun untuk saat ini pergerakan rupiah masih berada di zona konsolidasi di tengah membaiknya kinerja ekonomi di dalam negeri dan
inflow yang masuk di pasar saham," ujar Nanang.
Baca Juga: Rupiah Akan Tetap Stabil Meski The Fed Agresif Mengerek Suku Bunga Peningkatan permintaan rupiah di bulan Ramadan turut memberikan sumbangsih terhadap bertahannya pergerakan rupiah jika dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya. Bahkan mata uang utama dunia terlihat melemah terhadap dolar AS.
Nanang menjelaskan ketika indeks dolar sudah menembus dan bertahan di atas level 100, maka zona baru akan terbentuk serta berpotensi akan membuat pergerakan indek dolar akan menguat kembali dan bergerak pada 100-200. Hal ini juga disebabkan oleh kebijakan agresif the Fed soal normalisasi suku bunga hingga akhir tahun ini. Faktor lain yang dapat melemahkan pergerakan rupiah berasal dari adanya lonjakan inflasi dalam negeri akibat kenaikan BBM, kebutuhan bahan pokok, dan pajak akan menjadi beban tersendiri bagi masyarakat. Daya beli yang menurun dan penyerapan lapangan kerja yang saat ini kurang baik dapat memberi sentimen negatif terhadap pergerakan rupiah. Nanang memproyeksikan pergerakan rupiah di akhir tahun akan berada di rentang Rp 14.600 per dolar AS-Rp 14.800 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati