Ekonomi dunia diproyeksi melambat, pemerintah mesti kerja lebih keras



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laju perekonomian dunia terancam terus melambat di tahun ini. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan baru saja kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari sebelumnya 3,7% menjadi 3,5% untuk sepanjang 2019.

Ketidakpastian akibat perang dagang, serta melambatnya pertumbuhan ekonomi China digadang-gadang sebagai faktor utama yang menyeret laju perekonomian global. Indonesia yang tergabung bersama Malaysia, Filipina, Thailand dan Vietnam dalam kelompok ASEAN-5 diperkirakan ikut terdampak dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi turun dari 5,2% menjadi 5,1% di tahun 2019.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai, perlambatan ekonomi gobal tersebut merupakan hal yang sudah diprediksi sejak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China pecah di awal tahun lalu.


"Ini adalah bagian dari perang dagang AS dan China, kita tidak bisa menghindar dari pengaruhnya. Tinggal bagaimana kemampuan masing-masing memitigasi akibat," ujar Darmin, Selasa (22/1).

Darmin tak menampik, tensi perang dagang yang masih berpotensi berlanjut serta melambatnya ekonomi China bakal berdampak pada perekonomian Indonesia, terutama dari segi ekspor. Tren penurunan ekspor ke AS dan China bahkan sudah terlihat pada data neraca perdagangan Indonesia di akhir tahun 2018.

Badan Pusat Statistik mencatat, penurunan ekspor nonmigas ke China pada Desember lalu mencapai 17,95% (month-to-month) atau sekitar US$ 365,3 juta. Sementara, ekspor nonmigas ke AS hanya terkerek 1,99% mom atau US$ 29 juta.

Untuk itu, Darmin menyebut, salah satu fokus kerja pemerintah, khususnya Kemenko Perekonomian sepanjang tahun ini ialah memperluas pasar ekspor dan memaksimalkan potensi komoditas ekspor baru Indonesia. "Kita memang sedang siapkan langkah-langkah mendorong ekspor, nanti akan saya sampaikan detailnya," tutur Darmin.

Kendati begitu, pemerintah masih optimistis terhadap target pertumbuhan ekonomi Indonesia yagn dibidik sebesar 5,3% tahun ini. Sebab, Darmin bilang, pilar pertumbuhan ekonomi lain seperti konsumsi dan investasi diyakini masih dapat bertumbuh tinggi sesuai harapan di tahun ini.

"Makanya dalam kondisi seperti ini (ekspor berpotensi melambat), kita harus dorong terus investasi dan konsumsinya, terutama konsumsi rumah tangga," tambah dia.

Optimisme tersebut, menurutnya, juga lantaran melihat indikator perekonomian makro dalam negeri hingga akhir tahun lalu terbilang sangat positif. Di antaranya, inflasi terjaga rendah dalam kisaran target pemerintah, tingkat kemiskinan dan pengangguran turun, gini rasio membaik, dan secara keseluruhan ekonomi masih mampu tumbuh di atas 5%.

Hanya saja, masih ada permasalahan pada defisit transaksi berjalan yang mesti terus diperbaiki. Salah satunya dengan memastikan aliran transaksi modal dan finansial semakin deras agar mampu mengimbangi defisit pada transaksi berjalan. "Jadi, saya tidak pernah bilang untuk tidak khawatir. Saya bilang, kita perlu kerja lebih keras, itu yang benar," tandas Darmin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .