Ekonomi global berangsur pulih, kinerja reksadana masih lemah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hanya kinerja reksadana pasar uang yang tercatat positif meski ekonomi global mulai membaik. Perbaikan ekonomi global ternyata tidak mampu mengangkat kinerja industri reksadana secara menyeluruh.

Ekonom global telah menunjukkan pemulihan yang signifikan. Di Amerika Serikat (AS), data klaim pengangguran untuk pertama kalinya turun ke level sebelum pandemi. Periode Mei, data pengangguran AS turun menjadi 406.000 klaim.

Penurunan angka pengangguran juga terjadi di kawasan Eropa. Jumlah pengangguran turun ke 209.000 dari bulan sebelumnya.

Tingkat inflasi AS dan kawasan Eropa juga tercatta terus naik. Bahkan Eropa mencatatkan kenaikan inflasi tertinggi sejak April 2019 di level 1,6%.

Baca Juga: Kinerja reksadana berbasis saham terseret penurunan IHSG sepanjang Mei

China juga mengalami kenaikan inflasi bulanan April yang berada di level 0,9% atau merupakan level tertinggi sepanjang 2021.

Namun, membaiknya data ekonomi global belum memberikan dampak positif pada kinerja reksadana. Berdasarkan data Infovesta Utama per Jumat (28/5), kinerja reksadana masih dipimpin oleh reksadana pasar uang yang tercatat tumbuh 1,40% secara tahunan.

Sedangkan, kinerja reksadana campuran dan kinerja reksadana saham kompak menurunĀ  1,84% dan 6,26%. Sementara, kinerja reksadana pendapatan tetap menurun 0,53%.

Dalam riset Infovesta, Senin (31/5), pertumbuhan ekonomi global masih belum cukup mengangkat kinerja karena beberapa permasalahan masih melanda dunia, seperti peningkatan kasus Covid-19 di kawasan Asia hingga menyebabkan beberapa kawasan Asia menerapkan lock down kembali.

Selain itu, efektivitas vaksin Covid-19 belum bisa dipastikan. Hal ini juga memberikan tekanan pada kinerja reksadana yang memiliki risiko tinggi.

Di satu sisi, tanda-tanda pemulihan ekonomi global seperti naiknya inflasi di AS membawa kekhawatiran akan terjadi tappering off atawa pengurangan pembelian obligasi. Jika ekonomi terus pulih maka tingkat suku bunga acuan AS bisa kembali meningkat. Akhirnya, dapat memberikan tekanan tambahan untuk aset-aset investasi berisiko.

Berdasarkan kondisi tersebut, Infovesta menyarankan investor masih perlu wait and see pada reksadana pendapatan tetap, mengingat masih terdapat kekhawatiran tappering off. Dampaknya, bisa berefek negatif pada kinerja pasa obligasi.

Sedangkan, untuk investor reksadana saham sebaiknya dapat melakukan average down ketika indeks terkoreksi dengan harapan pemulihan ekonomi dalam jangka panjang.

Di sisi lain, reksadana pasar uang dengan kinerja yang stabil dapat menjadi alternatif penempatan dana sambil menanti momen untuk kembali masuk ke jenis reksadana yang lebih berisiko.

Selanjutnya: Ada 71 produk reksadana baru meluncur hingga Mei ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat