KONTAN.CO.ID - TOKYO. Risiko Jepang masuk ke jurang resesi ekonomi semakin meningkat dalam tiga bulan terakhir. Hasil jajak pendapat
Reuters terhadap sejumlah ekonomi menyebutkan, risiko resesi ekonomi Jepang itu akan terjadi di tahun fiskal mendatang atau periode April 2019-April 2020. Peluang resesi ekonomi Jepang meningkat lantaran ekonomi Negeri Matahari Terbit ini tertekan perlambatan ekonomi global dan gesekan perdagangan Amerika Serikat (AS)-China. Sebanyak 28 dari 38 ekonom mengatakan, kemungkinan Jepang jatuh ke dalam resesi di tahun fiskal 2019 meningkat dibandingkan dengan tiga bulan lalu. Jajak pendapat itu dilakukan pada 9-18 Januari 2019 lalu.
Itu menjadi pertanda buruk bagi rencana Perdana Menteri Shinzo Abe untuk menaikkan pajak penjualan menjadi 10% dari saat ini 8% pada Oktober mendatang untuk mengatasi pembengkakan biaya kesejahteraan seiring bertambahnya usia penduduk negara itu. Jepang telah merasakan dampak tidak langsung dari perang dagang AS-Cina. Konflik dagang membuat peralatan dan pasokan yang digunakan produsen semikonduktor, ponsel, dan produk lain di Tiongkok menjadi berkurang. Data terbaru menunjukkan pertumbuhan ekspor Jepang melambat pada November 2018 karena pengiriman ke AS dan China melemah tajam. "Konflik perdagangan AS-Tiongkok menghambat belanja modal China, yang memberi dampak atas ekonomi Jepang melalui perlambatan ekspor barang modal," kata Shigeto Nagai, Kepala Ekonomi Jepang Oxford Economics seperti dilansir
Reuters. Akhir pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan, ada kemajuan menuju kesepakatan perdagangan dengan China. Trump membantah bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk menaikkan tarif impor Tiongkok. Ketidakpastian atas keluarnya Inggris dari Uni Eropa menambah pandangan suram dan mempengaruhi ekonomi Jepang. "Ketidakpastian atas ekonomi global terus berlanjut seperti prospek Brexit dan dampak dari gesekan perdagangan AS-China terhadap ekonomi Jepang terwujud, sehingga risiko telah meningkat dari tiga bulan lalu," kata Harumi Taguchi, Kepala Ekonom IHS Markit. Survei korporat yang secara terpisah dilakukan
Reuters menunjukkan, kepercayaan di antara pabrikan Jepang turun selama tiga bulan berturut-turut pada Januari 2019 ke level terendah dalam dua tahun. Penurunan ini karena kekhawatiran terhadap prospek ekonomi global dan perang dagang. Abe sendiri telah dua kali menunda kenaikan pajak penjualan karena masalah ekonomi. Di survei terbaru
Reuters, sebanyak 27 dari 39 ekonom memperkirakan, ada peluang 80% bahwa Abe akan melanjutkan kebijakan menaikkan pajak penjualan di tahun ini.
Abe telah mengatakan, terkecuali ada krisis keuangan global seperti tahun 2008, dia akan menaikkan pajak penjualan di tahun ini. Dia akan segera membuat keputusan akhir. Untuk mengurangi dampak ekonomi dari kenaikan pajak tersebut, Pemerintah Jepang berencana menawarkan keringanan pajak pada pembelian mobil dan rumah, serta membebaskan beberapa produk dari kenaikan pajak. Proyeksi para ekonom, ekonomi Jepang akan mengalami kontraksi tajam yakni sebesar 3% pada kuartal Oktober-Desember 2019, ketika pajak penjualan dinaikkan. Untuk keseluruhan tahun fiskal 2019, ekonomi Jepang diperkirakan tumbuh 0,8% dan kemudian melambat menjadi 0,6% pada tahun fiskal berikutnya. “Setidaknya dari sudut pandang ekonomi, serangkaian langkah kebijakan yang diusulkan akan mengompensasi dampak jangka pendek dari kenaikan pajak penjualan,” kata Tetsuya Inoue, Kepala Peneliti Nomura Research Institute.
Editor: Khomarul Hidayat