Ekonomi global memburuk, China perkuat pertumbuhan industri dalam negeri



CHENGDU. Sebagai salah satu negara yang perekonomiannya sangat berpengaruh di dunia, China harus menata strategi perekonomian negara di tengah ancaman krisis ekonomi yang tengah melanda AS dan Eropa.Wakil Perdana Menteri China, Wang Qishan, mengatakan, pemerintah akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri dengan menggelontorkan US$ 1,7 triliun untuk menggairahkan investasi di sektor-sektor strategis. Beberapa sektor yang menjadi fokus mereka adalah energi, bioteknologi dan meningkatkan peralatan-peralatan di sektor manufaktur."Kondisi ekonomi global sedang dalam masa suram, meningkatkan pemulihan ekonomi negara menjadi prioritas kita," katanya pada acara tahunan US-China Joint Commission on Commerce and Trade (JCCT) di Chengdu, China. Komentar itu menyiratkan bahwa negaranya harus lebih memikirkan bagaimana memacu pertumbuhan di dalam negeri, ketimbang mengkhawatirkan ketidakseimbangan global. Itu artinya, China akan membiarkan pelemahan ekspor ke AS terus berlanjut, daripada memperlambat perekonomian di dalam negeri.

Pada 2010, perdagangan AS dengan China mencatatkan defisit US$ 273,1 miliar. Angka ini naik dari 2009 yang sebesar US$ 226,9 miliar.

"Sebagai kekuatan ekonomi utama dunia, AS dan China harus memberi kontribusi positif melalui pengembangan perekonomian negara masing-masing," kata Wang dalam konferensi tersebut.


Dalam diskusi selama acara JCCT, AS setuju untuk melakukan transfer teknologi kepada perusahaan-perusahaan China. AS juga meminta komitmen China untuk menggunakan perangkat lunak alias software legal dalam kegiatan bisnis di negara ini. Maklum, tingkat pembajakan di China dikenal sangat tinggi. Namun, banyak pelaku bisnis yang pesimistis terhadap pembicaraan yang didapat dari JCCT ini bisa meningkatkan hubungan dagang yang berarti antara China dan AS.

Negara-negara lain di Asia juga telah menggaungkan adanya risiko krisis yang akan melanda negara mereka. Thailand dan Singapura mengaku, perekonomian mereka akan terkoreksi pada kuartal keempat tahun ini. Sementara, Jepang membukukan penurunan ekspor yang lebih besar dari ekspektasi pada Oktober 2011. Dan beberapa bank sentral seperti di Brazil dan Indonesia, telah memangkas suku bunga.

Editor: Rizki Caturini