KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana Moneter Internasional atawa International Monetary Fund (IMF) kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia. Dalam laporan terbarunya, World Economic Outlook 2019 edisi April, yang dikutip Rabu (10/4), IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dari sebelumnya 3,5% menjadi hanya 3,3%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global tersebut didasarkan pada sejumlah asumsi. Asumsi tersebut meliputi kebijakan perekonomian, kondisi finansial, hingga harga komoditas yang memengaruhi laju pertumbuhan secara global. Asumsi pertama IMF dalam menentukan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2019 adalah perang tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Pertengahan 2018, AS telah mengenakan tarif pada sejumlah barang-barang China seperti panel surya, mesin cuci, aluminium, dan baja, termasuk tarif 25% terhadap barang impor China senilai total US$ 50 miliar dan tambahan tarif 10% terhadap barang impor China senilai total US$ 200 miliar. Melihat perkembangan diskusi antara kedua negara ekonomi raksasa ini, IMF memprediksi AS akan tetap mempertahankan tingkat tarif pada level 10% untuk barang impor China senilai total US$ 200 miliar. Sebelumnya, IMF memprediksi AS akan menaikkan tarif menjadi 25% di tahun ini. Asumsi berikutnya terkait dengan kebijakan fiskal secara global. Tahun ini, baik negara-negara ekonomi maju
(advanced economies) dan
emerging markets diperkirakan akan mengambil kebijakan fiskal yang ekspansif di tengah melambatnya perekonomian dan perdagangan dunia. Sementara, kondisi finansial global diasumsikan mengalami pengetatan secara bertahap, dengan intensitas yang berbeda-beda antara satu negara dengan lainnya. Kondisi pengetatan finansial bergantung pada kondisi fundamental ekonomi dan politik di setiap negara, menurut IMF. Dari sisi moneter, kebijakan Federal Reserve menjadi penentu. IMF memperhitungkan satu kali kenaikan suku bunga The Fed menjadi 2,75% pada akhir tahun nanti. Sementara kebijakan moneter di Jepang diperkirakan tetap pada suku bunga 0% hingga 2020 dan suku bunga negatif di kawasan Eropa hingga pertengahan 2020. Terakhir, IMF membuat asumsi terkait harga komoditas global. Harga minyak mentah WTI diproyeksi pada level US$ 59,2 per barel di tahun ini. Proyeksi tersebut turun dari perkiraan Oktober 2018 lalu yakni pada level US$ 68,8 per barel .
Melemahnya harga minyak sejalan dengan prospek permintaan yang diperkirakan terus menurun dalam jangka menengah. Di saat yang sama, negara-negara produsen minyak juga membatasi produksinya untuk mencegah kondisi kelebihan suplai. IMF menilai, harga minyak mentah dunia masih akan diliputi ketidakpastian yang sangat tinggi. Ada risiko kenaikan harga dalam jangka pendek akibat sentimen geopolitik di Timur Tengah, kerusuhan sipil di Venezuela, sikap AS yang lebih keras terhadap Iran dan Venezuela, dan pertumbuhan produksi AS yang lebih lambat dari perkiraan. Namun di sisi lain, ada juga risiko pelemahan harga di tengah proyeksi produksi minyak AS yang lebih besar dari perkiraan, ketidakpatuhan negara-negara OPEC maupun non-OPEC dalam produksi, hingga ketegangan perdagangan yang dapat memengaruhi aktivitas ekonomi global dan mengurangi permintaan terhadap minyak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati