Ekonomi hanya tumbuh 0,1% di kuartal II, risiko resesi Singapura meningkat



KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Singapura melaporkan angka awal pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2019. Laporan menunjukkan laju pertumbuhan paling lambat dalam 10 tahun terakhir. Hal ini memicu spekulasi resesi yang diikuti oleh pelonggaran kebijakan moneter.

Pertumbuhan ekonomi Singapura di kuartal kedua hanya 0,1% secara tahunan. Pertumbuhan produk domestik bruto ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan prediksi polling Reuters yang memperkirakan pertumbuhan 1,1%. Laju pertumbuhan ini merupakan laju paling lambat sejak kuartal kedua 2009 yang saat itu turun 1,2%.

Kementerian Perdagangan Singapura mengatakan, ekonomi susut 3,4% berdasarkan penyesuaian musiman dan tahunan. Ini adalah kontraksi terbesar dalam tujuh tahun terakhir. Angka ini pun jauh dari prediksi polling yang meramalkan pertumbuhan 0,1%. Kontraksi ini pun lebih buruk daripada periode Januari-Maret yang masih tumbuh 3,8%.


"Angka ini sangat buruk, jauh di bawah perkiraan terburuk dari pasar," kata Selena Ling, head of treasury and strategy OCBC Bank.

Kemerosotan Negeri Merlion, yang sering dianggap sebagai penentu kesehatan ekonomi global, menjadi bukti terbaru adanya momentum perlambatan di kawasan Asia sebagai efek perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Apalagi, Singapura merupakan negara yang sangat tergantung pada perdagangan global.

Analis memperkirakan, Korea Selatan pun mungkin akan mendekati resesi dan China diramal akan melaporkan laju pertumbuhan paling lambat dalam 27 tahun terakhir. Kedua negara akan merilis data PDB pada Senin depan.

Ling dan sejumlah pengamat ekonomi mengatakan, pemberat utama ekonomi Singapura masih berasal dari sektor manufaktur. Sektor ini turun 3,8% secara tahunan pada kuartal kedua. Kontraksi ini mengikuti penurunan 0,4% pada kuartal pertama lalu.

Produksi manufaktur elektronik yang menjadi penggerak utama ekonomi Singapura dalam dua tahun terakhir, mencatat penurunan dalam enam bulan berturut-turut hingga Mei. Sementara ekspor mencatat penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir.

Otoritas Singapura sebelumnya mengatakan akan meninjau target pertumbuhan ekonomi tahun ini yang dipatok pada 1,5%-2,5%. Sejumlah analis memperkirakan, resesi mungkin akan mendatangi Singapura pada tahun depan. Resesi ditunjukkan oleh dua kali kontraksi alias penurunan ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut.

Ling memperkirakan, otoritas Singapura menurunkan prediksi pertumbuhan tahun ini menjadi hanya 0,5%-1,5%. 

Khoon Goh, analis ANZ mengatakan, perdagangan global yang masih sulit akibat tensi perang dagang dan perlambatan global menyebabkan risiko penurunan Singapura terus bergelayut.

Buruknya pertumbuhan ekonomi ini menyebabkan analis memperkirakan bahwa Monetary Authority of Singapore (MAS) akan melonggarkan kebijakan moneter. Bank sentral Singapura ini akan merilis pernyataan kebijakan pada Oktober mendatang.

"Sebelumnya ada seperempat peluang bahwa MAS akan melonggarkan kebijakan. Kini, peluang naik menjadi 40% bahwa bank sentral akan melonggarkan kebijakan sebelum Oktober," ungkap Jeff Ng, dari Continuum Economics kepada Reuters.

ING pun mengungkapkan prediksi bahwa MAS akan melonggarkan kebijakan sebelum Oktober. "Data ekonomi yang dirilis hari ini menunjukkan bahwa aksi tunggu akan menyebabkan ekonomi akan berisiko lebih besar. Langkah yang dilakukan segera akan lebih mungkin," ungkap ING dalam catatan

Tahun lalu, MAS mengetatkan kebijakan moneter dua kali untuk mengontrol inflasi dan penguatan nilai tukar dollar Singapura. Ini adalah langkah pengetatan pertama dalam enam tahun terakhir.

Editor: Wahyu T.Rahmawati