Ekonomi Hong Kong alami resesi? Ini buktinya



KONTAN.CO.ID - HONG KONG. Hong Kong tenggelam ke dalam resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade pada kuartal III 2019. Hal tersebut dikonfirmasi dari data pemerintah dengan semakin terbebaninya ekonomi Hong Kong oleh meningkatnya aksi protes anti-pemerintah dan perang perdagangan antara AS dengan China.

Dilansir dari Reuters, ekonomi Hong Kong menyusut 3,2% sepanjang Juli-September 2019 dari kuartal sebelumnya. Laju produk domestik bruto (PDB) yang terkontraksi selama dua kuartal berturut-turut memenuhi definisi teknis soal resesi.

Baca Juga: Makin nekat, aktivis pro-demokrasi serang Menteri Kehakiman Hong Kong


Dengan tidak berakhirnya protes, analis memperingatkan pusat keuangan dan perdagangan Asia ini berpotensi menghadapi kemerosotan yang lebih panjang dan lebih dalam dibanding saat krisis keuangan global pada 2008/2009 dan epidemi SARS pada 2003.

Secara tahunan, ekonomi Hong Kong di kuartal III 2019 juga terkontraksi 2,9%. Angka itu adalah yang terlemah sejak krisis global.

"Permintaan domestik memburuk secara signifikan pada kuartal ketiga, karena insiden sosial lokal menimbulkan korban yang besar pada kegiatan yang berhubungan dengan konsumsi dan menekan prospek ekonomi yang membebani sentimen konsumsi dan investasi," tulis pemerintah Hong Kong dalam sebuah pernyataan.

“Mengakhiri kekerasan dan memulihkan ketenangan adalah penting untuk pemulihan ekonomi. Pemerintah akan terus memantau situasi dengan seksama dan memperkenalkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mendukung industri dan upaya perlindungan,” kata pemerintah.

Baca Juga: IPO di bursa Hong Kong, Alibaba bidik 2 miliar konsumen global

Protes politik selama lebih dari lima bulan terakhir telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis terburuk sejak dikembalikan Inggris ke Tiongkok pada tahun 1997.

Banyak wisatawan membatalkan yang perjalanan ke Hong Kong, sementara peritel terhuyung-huyung karena penurunan tajam dalam penjualan. Di saat yang sama pasar saham juga ikut goyah dan menambah tekanan yang dirasakan dari perlambatan ekonomi China akibat sengketa perdagangan dengan AS yang berkepanjangan.

Editor: Tendi Mahadi