JAKARTA. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengumumkan, masih ada dua dari empat target pembangunan ekonomi nasional yang mendapat rapor kuning akibat kinerja yang kurang memuaskan.Kedua target tersebut adalah target pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan. Pemerintah memasukkan kedua target itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.Sementara, dua target pembangunan ekonomi lainnya, yakni pengendalian inflasi dan pengangguran memperoleh rapor hijau. Soalnya, targetnya sudah tercapai.Penilaian atas target pembangunan ekonomi ini merupakan hasil Mid-Term Review RPJMN 2010-2014 yang dilakukan oleh Bappenas. Armida Alisjahbana, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, menyatakan, pertumbuhan ekonomi mendapat rapor kuning lantaran meleset dari target. Dalam RPJMN 2012, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di level 6,4%-6,9%. Tapi, realisasinya tahun lalu cuma sebesar 6,23%.Untuk penurunan kemiskinan, RPJMN 2012 mematok target angka kemiskinan tinggal 10% hingga 11,5% dari total jumlah penduduk Indonesia. Faktanya, sampai September 2012 kemarin, angka kemiskinan masih tersisa 11,6% atau sebanyak 28,59 juta jiwa. Alhasil, "Kedua target itu sampai saat ini belum bisa dicapai pemerintah," ungkap Armida akhir pekan lalu.Perlu kerja kerasMenurut Armida, pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi guna mencapai target pembangunan ekonomi yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. Terlebih, sampai 2014 nanti, target pertumbuhan ekonomi ditetapkan di level 7%-7,7%. Sedangkan target angka kemiskinan tinggal 8%-10% saja.Armida mengatakan, untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sampai 2014 mendatang tidak mudah. "Banyak kendala," ungkapnya.Tahun ini, banyak hambatan yang dihadapi pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%. Contoh, kinerja ekspor yang melempem dan penyerapan anggaran belanja pemerintah belum optimal.Padahal, Armida menegaskan, kinerja ekspor menjadi salah satu kunci utama pertumbuhan ekonomi kita. Tapi, "Dengan kondisi global seperti sekarang ini, ekspor masih berat,” kata Armida.Hanya, Armida buru-buru menambahkan, pemerintah tidak bakal tinggal diam. Untuk memacu kinerja ekspor tetap tinggi, pemerintah saat ini fokus menggarap pasar-pasar ekspor baru.Sampai sekarang, Armida mengklaim, sudah ada tanda-tanda menggembirakan dari pengembangan pasar ekspor baru tersebut. Ekspor ke pasar non-tradisional sudah mencapai 60% dari seluruh ekspor yang ada. "Ini meningkat jika dibandingkan tahun 2005 lalu yang hanya mencapai 45%,” ujar Armida.Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perdagangan, Investasi,dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas, memperkirakan, ekspor Indonesia ke sejumlah pasar non-tradisional dalam beberapa waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan.Khusus untuk ekspor nonminyak dan gas ke beberapa pasar non-tradisional, seperti Timur Tengah dan Afrika, Amalia memperkirakan, akan terus tumbuh masing-masing sebesar 3,1% dan 2,1%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ekonomi Indonesia mendapat rapor kuning
JAKARTA. Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas mengumumkan, masih ada dua dari empat target pembangunan ekonomi nasional yang mendapat rapor kuning akibat kinerja yang kurang memuaskan.Kedua target tersebut adalah target pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan. Pemerintah memasukkan kedua target itu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.Sementara, dua target pembangunan ekonomi lainnya, yakni pengendalian inflasi dan pengangguran memperoleh rapor hijau. Soalnya, targetnya sudah tercapai.Penilaian atas target pembangunan ekonomi ini merupakan hasil Mid-Term Review RPJMN 2010-2014 yang dilakukan oleh Bappenas. Armida Alisjahbana, Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, menyatakan, pertumbuhan ekonomi mendapat rapor kuning lantaran meleset dari target. Dalam RPJMN 2012, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di level 6,4%-6,9%. Tapi, realisasinya tahun lalu cuma sebesar 6,23%.Untuk penurunan kemiskinan, RPJMN 2012 mematok target angka kemiskinan tinggal 10% hingga 11,5% dari total jumlah penduduk Indonesia. Faktanya, sampai September 2012 kemarin, angka kemiskinan masih tersisa 11,6% atau sebanyak 28,59 juta jiwa. Alhasil, "Kedua target itu sampai saat ini belum bisa dicapai pemerintah," ungkap Armida akhir pekan lalu.Perlu kerja kerasMenurut Armida, pemerintah perlu bekerja lebih keras lagi guna mencapai target pembangunan ekonomi yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2010-2014. Terlebih, sampai 2014 nanti, target pertumbuhan ekonomi ditetapkan di level 7%-7,7%. Sedangkan target angka kemiskinan tinggal 8%-10% saja.Armida mengatakan, untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi dan penurunan kemiskinan sampai 2014 mendatang tidak mudah. "Banyak kendala," ungkapnya.Tahun ini, banyak hambatan yang dihadapi pemerintah untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8%. Contoh, kinerja ekspor yang melempem dan penyerapan anggaran belanja pemerintah belum optimal.Padahal, Armida menegaskan, kinerja ekspor menjadi salah satu kunci utama pertumbuhan ekonomi kita. Tapi, "Dengan kondisi global seperti sekarang ini, ekspor masih berat,” kata Armida.Hanya, Armida buru-buru menambahkan, pemerintah tidak bakal tinggal diam. Untuk memacu kinerja ekspor tetap tinggi, pemerintah saat ini fokus menggarap pasar-pasar ekspor baru.Sampai sekarang, Armida mengklaim, sudah ada tanda-tanda menggembirakan dari pengembangan pasar ekspor baru tersebut. Ekspor ke pasar non-tradisional sudah mencapai 60% dari seluruh ekspor yang ada. "Ini meningkat jika dibandingkan tahun 2005 lalu yang hanya mencapai 45%,” ujar Armida.Amalia Adininggar Widyasanti, Direktur Perdagangan, Investasi,dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas, memperkirakan, ekspor Indonesia ke sejumlah pasar non-tradisional dalam beberapa waktu ke depan akan terus mengalami peningkatan.Khusus untuk ekspor nonminyak dan gas ke beberapa pasar non-tradisional, seperti Timur Tengah dan Afrika, Amalia memperkirakan, akan terus tumbuh masing-masing sebesar 3,1% dan 2,1%.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News