Ekonomi Indonesia Tahun 2022 Diprediksi Capai 5%, Ditopang Kenaikan Harga Komoditas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah ekonom kompak memperkirakan pertumbuhan ekonomi 2022 masih bisa menyentuh di atas 5% secara tahunan. Hal ini tidak terlepas dari peran pemulihan ekonomi yang semakin membaik.

Analis MNC Sekuritas Tirta Widi Gilang Citradi memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 2022 berada pada kisaran 5,29%, sementara pada kuartal IV-2022 diperkirakan tumbuh dikisaran 4,96%.

Hampir seluruh komponen mendorong pertumbuhan ekonomi 2022, mulai dari konsumsi yang meningkat, surplus neraca dagang, belanja pemerintah yang meningkat serta aliran investasi masuk yang besar.


Baca Juga: Sri Mulyani: Bukan Indonesia, Tapi AS dan Eropa yang Situasinya Tidak Baik-baik Saja

Menurutnya, perkiraan capaian pertumbuhan ekonomi tersebut juga tidak terlepas dari momentum kenaikan harga komoditas dan ditambah lagi dengan strategi kebijakan makro Indonesia yang prudent balancing antara growth dan stability.

"Inflasi memang naik karena ada adjustment harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi. Namun inflasi masih relatif manageable headline 5,51% di bawah estimasi konsensus dan perkiraan Bank Indonesia (BI) bisa 6%. Core CPI (indeks harga konsumen) masih di kisaran 2%-4%," ujar Tirta kepada Kontan.co.id, Jumat (3/2).

Sementara itu, Ekonom BNI Sekuritas Damhuri Nasution memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022 sebesar 5,25%, serta pada kuartal IV-2022 diramal sebesar 4,83%.

Damhuri bilang, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 masih ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang kontribusinya mencapai 55% dari produk Domestik Bruto (PDB). Selain konsumsi rumah tangga, investasi dan net ekspor juga akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi 2022.

Baca Juga: Bank Permata Ramal Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2022 Sentuh 5,25%

Begitu juga dengan Ekonom Bank Danamon Irman Faiz yang meramal perekonomian Indonesia tahun lalu bisa mencapai 5,1% yoy. Sementara perekonomian pada kuartal IV-2022 akan menyentuh angka 4,2% yoy lantaran didorong oleh konsumsi domestik sejalan adanya momentum natal dan tahun baru (nataru).

"Di sisi lain ekspor melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas ekspor," kata Faiz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi