Ekonomi Inggris Selamat dari Resesi, Tapi Hal ini Masih Mengkhawatirkan



KONTAN.CO.ID -  LONDON. Ekonomi Inggris berhasil menghindari resesi pada akhir tahun 2022 dengan pertumbuhan Produk Domestik Bruto sebesar 0,1% antara Oktober dan Desember.  Meski demikian, aktivitas bisnis masih menurun karena kondisi perekonomian yang belum stabil dan inflasi yang tinggi. 

Output ekonomi Inggris masih di bawah level akhir tahun 2019 dan belum pulih dari pandemi Covid-19, menjadikannya satu-satunya anggota negara maju dalam G7 yang belum pulih.

Investec economist, Philip Shaw, mengatakan bahwa rilis terbaru membawa Inggris sedikit lebih jauh dari zona bahaya resesi. 


Namun, gambaran keseluruhan menunjukkan kinerja ekonomi yang lesu sepanjang paruh kedua tahun 2022 karena krisis biaya hidup yang sangat terpukul. 

Baca Juga: Inggris Sepakat Gabung Pakta Perdagangan Bebas Trans-Pasifik CPTPP

Pada bulan Januari, Dana Moneter Internasional memperkirakan Inggris akan menjadi satu-satunya ekonomi negara maju yang menyusut pada tahun 2023, terutama karena tingkat inflasi yang masih tinggi.

Meski inflasi tinggi telah memakan korban yang lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya, Ruth Gregory dari Capital Economics mengatakan bahwa ekonomi Inggris kemungkinan akan tergelincir ke dalam resesi tahun ini. 

Harga rumah turun pada bulan Maret pada tingkat tahunan tercepat sejak krisis keuangan, dan Bank of England menaikkan suku bunga untuk pertemuan ke-11 berturut-turut minggu lalu.

Sektor jasa Inggris naik 0,1%, didorong oleh kenaikan permintaan untuk liburan. Sektor manufaktur tumbuh sebesar 0,5%, didorong oleh sektor farmasi, dan konstruksi tumbuh sebesar 1,3%. 

Baca Juga: Belarusia Bakal Menjadi Tuan Rumah Senjata Nuklir Rusia untuk Melawan NATO

Individu melakukan penghematan berkat skema dukungan tagihan energi pemerintah dan pendapatan rumah tangga meningkat sebesar 1,3% setelah empat kuartal berturut-turut mengalami pertumbuhan negatif. 

Bank of England memperkirakan ekonomi Inggris telah mengalami kontraksi sebesar 0,1% dalam tiga bulan pertama tahun 2023 tetapi memperkirakan pertumbuhan tipis pada kuartal kedua. 

Namun, gambaran bisa menjadi gelap lagi jika gejolak baru-baru ini di sektor perbankan global menyebabkan pemberi pinjaman mengekang pinjaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli