KONTAN.CO.ID - LONDON. Ekonomi Inggris berhasil tumbuh pada kuartal pertama (Q1) tahun 2023. Meskipun demikian, tercatat ada sedikit penurunan di bulan Maret, menunjukkan bahwa potensi kerapuhan masih ada. Dilansir dari Reuters, ekonomi Inggris tumbuh sebesar 0,1%. Pertumbuhan ini sedikit di luar dugaan karena Inggris memprediksi Q1 2023 akan menjadi bagian dari resesi panjang. Sayangnya, ada penurunan 0,3% yang juga tidak terduga. Kondisi ini memperkuat kekhawatiran mengenai betapa rapuhnya ekonomi Inggris di masa pemulihan pasca pandemi ini.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters sebagian besar memperkirakan pertumbuhan ekonomi Inggris pada kuartal pembuka ini hanya sebesar 0,1%. Di saat yang sama, mereka memperkirakan output akan tetap stabil di bulan terakhir kuartal tersebut. Baca Juga: Ekonomi Filipina Melambat Menjadi 6,4% pada Kuartal I 2023 "Penurunan di bulan Maret didorong oleh penurunan yang meluas di seluruh sektor jasa," kata Darren Morgan dari Kantor Statistik Nasional Inggris. Morgan menambahkan, penjualan mobil terbilang cukup rendah dalam standar historis. Kondisi ini memperpanjang tren yang terjadi sejak awal pandemi. Di saat yang sama, sektor pergudangan, distribusi, dan ritel juga mengalami bulan yang buruk. Aksi industri yang meluas juga membebani aktivitas ekonomi di kuartal tersebut. Terlepas dari pertumbuhan itu, perekonomian Inggris tetap 0,5% lebih kecil dari pada kuartal keempat tahun 2019, periode terakhir sebelum pandemi Covid-19 menyerang. Output di bulan Maret hanya 0,1% lebih tinggi dari pada Februari 2020, bulan pra-pandemi penuh terakhir. Melihat fakta itu, Inggris mencatat rebound yang paling rendah di antara para negara maju. Baca Juga: Penggunaan Yuan China Kian Meningkat Secara Global, Dedolarisasi Semakin Nyata?