Ekspor Jepang ke China menurun drastis



TOKYO. Perseteruan antara Jepang dan China sudah membuahkan hasil. Ekspor Jepang ke China di akhir kuartal III 2012 merosot tajam yakni hingga 14,1% dari periode yang sama tahun 2011.

Penurunan ekspor tersebut merupakan yang terbesar sejak gempa dan tsunami menghantam Jepang tahun lalu. Sedangkan pada September, marak sejumlah aksi unjuk rasa di China yang menentang klaim kepemilikan Jepang atas kepulauan yang disebut Senkaku di Jepang dan Diaoyu di China.

Kemarahan masalah politis tersebut disalurkan pada sejumlah perusahaan Jepang, seperti Honda dan Toyota. Hingga beberapa pabrik di China terpaksa berhenti melakukan kegiatan operasional.


Para pengamat mengatakan bahwa antipati atas produk Negeri Sakura di tengah kelambanan ekonomi global memang merupakan salah satu faktor utama menurunnya ekspor Jepang ke China.

"Memburuknya ekspor mencerminkan suramnya gambaran ekonomi dunia dan protes anti-Jepang di China," tutur Naoli Iizuka dari Citigroup Global Markets di Tokyo.

Ia memprediksi, ekspor kemungkinan akan turun lagi dan defisit perdagangan akan bertambah pada bulan Oktober karena dampak dari boikot produk Jepang. Sektor yang terkena dampaknya antara lain otomotif, elektronik, dan permesinan.

Kondisi Jepang juga tengah kritis. Gubernur Bank of Japan, Masaaki Shirakawa, memperingatkan bahwa sistem keuangan Jepang berada dalam risiko akibat getaran dari krisis utang Eropa.

Menurunnya permintaan di pasar-pasar utama produk Jepang dan menguatnya mata uang yen telah menimbulkan beban bagi manufaktur dan ekspor Jepang. Karena dikepung masalah bertubi-tubi, Bank Sentral Jepang berjanji menerbitkan stimulus lanjutan.

Editor: