Ekonomi keok, kinerja Ace Hardware terseok



JAKARTA. Lantaran ekonomi melambat, PT ACE Hardware Indonesia Tbk (ACES) mengerem ekspansi. Jika biasanya saban tahun membuka 10 hingga 15 gerai baru, tahun ini ACES merevisi target menjadi 10 gerai. "Perekonomian belum membaik selama separuh pertama tahun ini," ungkap Imelda Widjojo, Hubungan Investor ACES kepada KONTAN, belum lama ini.

Sejak awal tahun, ACES telah membuka enam gerai baru, masing-masing berlokasi di Rempoa Jakarta Selatan, Bumi Serpong Damai Tangerang Selatan, Bintaro Jakarta Selatan, Karawang Jawa Barat, Bandarlampung dan yang paling anyar Ciputat, Tangerang Selatan. Secara total, gerai ACES saat ini mencapai 115 unit gerai.    

Analis Ciptadana Securities, Jennifer Natalia Widjaja, dalam riset pada 24 Juni 2015 menilai, langkah ACES mengerem ekspansi merupakan keputusan tepat. Ini berdasarkan kondisi melambatnya ekonomi plus ambruknya  daya beli masyarakat. "Perusahaan dapat mengurangi efek kanibalisasi yang terjadi di gerai-gerai di luar Jawa," tutur Jennifer.


Apalagi barang yang dijual di gerai ACE Hardware kebanyakan masuk kategori kebutuhan sekunder. Analis RHB OSK Securities Herman Tjahjadi menuturkan, kendati konsumen ACE Hardware mayoritas kalangan menengah ke atas, barang dagangan ACES mayoritas impor, sehingga rentan terhadap fluktuasi kurs. "Konsumen juga ada batasan, sehingga bisa menunda pembelian," tutur dia.

Lagipula jika ACES tetap agresif berekspansi, maka harus mendatangkan lebih banyak lagi stok barang dagangan yang notabene 80% merupakan produk impor. Risikonya, harga barang ACES bisa terkerek apabila nilai tukar rupiah semakin terpuruk.

Saat ini, masyarakat cenderung mengerem belanja. ACES sebagai penyedia kebutuhan sekunder perlu berancang-ancang. Paling tidak ini tecermin dari rata-rata pertumbuhan per gerai atau same sales store growth (SSSG) ACES yang minus.

Menurut catatan Herman, SSSG ACES pada enam bulan pertama tahun ini minus 2,7%. "Jika agresif menambah gerai, maka SSSG bisa tambah minus," kata dia. Barang dagangan yang sebagian besar impor bisa membebani kinerja ACES. Apalagi, menurut Jennifer, emiten ini tidak mempunyai strategi lindung nilai (hedging) dan belum melakukan penyesuaian harga sepanjang tahun ini.

Jika ACES menaikkan harga barang, maka dapat memantik kondisi yang lebih parah. Alhasil, pendapatan ACES menjadi taruhan.

Di sisi lain, asumsi Jennifer, jika ACES tidak mengerek harga tahun ini, maka gross margin tergerus 120 basis poin menjadi 47,1%. Ini didasari kondisi depresiasi rupiah terhadap dollar AS.

Meski begitu, Herman memandang ada sisi positif dari ACES. Dia bilang, neraca keuangan ACES tergolong kuat disertai free cash flow yang positif. Dia memprediksi ACES mampu mencapai target pendapatan Rp 4,5 triliun atau setidaknya mendekati angka itu. Herman menyarankan neutral ACES dengan target Rp 640 per saham.

Jennifer merekomendasikan hold dengan target Rp 700. Analis Maybank Kim Eng, Janni Asman, menyarankan hold dengan target Rp 800. Kemarin, harga ACES anteng di Rp 660 per saham.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa